Tuesday, April 24, 2007

GUNUNG ARJUNA

Nama Kawah : - Type : Strato Letak : Malang - Jawa Timur Tinggi : (3339 mdpl) Posisi Geografi : -
Biaya Ekspedisi
Rincian perjalanan dari Surabaya - Pandaan Rp 2.000,- lalu ke Tretes Rp.2.000,- sampai (Hotel Tanjung) lalu mulai mendaki Tiket Pendakian + Asuransi Rp.- Waktu pendakian : 10 jam
Jalur Alternatif Pendakian
Dari Lawang - Argowisata perkebunan teh - Puncak
Pandangan Umum

Gunung yang terletak di sebelah barat Batu Malang � Jawa Timur ini juga merupakan salah satu tujuan pendakian. Disamping tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjun �Kakek Bodo� yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Arjuna. Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo terdapat pula air terjun lain, tetapi para wisatawan jarang yang mendatangi air terjun lainnya, mungkin karena letak dan sarana wisatanya kurang mendukung. Rute Angkutan dari Surabaya : Angkutan mulai dari Surabaya (terminal bungurasih) Naik bis jurusan Malang dari bungurasih (turun di Pandaan) Rp. 1500,- Naik angkutan lokal dari terminal Pandaan turun di Tretes (turun hotel Tanjung) Rp.2.000,- Ijin pendakian pada posko (jalan kurang lebih 30 M dari hotel tanjung) Untuk Arjuna Rp. 1.000,- Rute Lewat Lawang (Kebun Teh Lawang) - Malang Jawa - Timur Rute Angkutan dari Surabaya : Angkutan mulai dari Surabaya (terminal bungurasih) Turun di Lawang sekitar pasar dan stasiun Lawang. Sekitar Rp. 2.500,- Jalan kaki sekitar 3 jam dari jl. Dinoyo atau ojek sampai kebun Teh Argowisata (Gunung Arjuna). Lamanya Perjalanan menuju puncak kurang lebih 9 jam setelah keluar dari kebun teh. Perjalanan penulis dimulai dari stasiun Wonokromo � Jawa Timur selanjutnya menuju terminal purabaya yang oleh penduduk setempat masih menggunakan nama lama yaitu terminal �bungurasih�. Dari terminal ini perjalanan dilanjutkan ke daerah pandaan (selatan Surabaya) baru setelah itu penulis melanjutkan perjalanan menuju ke tretes (indrokilo) dengan menggunakan angkutan lokal. Dari tempat inilah penulis selanjutnya meneruskan perjalanan menuju titik pendakian gunung arjuno. (sekitar H.Tanjung) Mungkin di gunung inilah tempat yang paling banyak belerangnya, karena gunung ini sebenarnya terbagi dua bagian, yang satu menuju puncak arjuna yang lain menuju gunung Welirang (belerang). Di daerah gunung welirang banyak para penduduk yang bekerja sebagai kuli di daerah welirang, sehingga ketika perjalanan menuju puncak arjuna pendaki akan banyak bertemu dengan para pekerja yang bekerja di daerah tambang belerang, baru setelah melalui percabangan jalan tunggal menuju puncak, pendaki tidak akan lagi bertemu dengan para pekerja tambang. Mata air yang terdapat di gunung ini ada tiga titik yang salah satunya adalah jalur pipa buatan yang menuju ke perumahan penduduk. Air yang terdapat di gunung ini sangat bersih dan sejuk bahkan penulis pikir mata air alami gunung arjuna merupakan salah satu mata air terbaik selain mata air gunung Gede di Jawa Barat. Perjalanan menuju ke puncak Arjuna memerlukan waktu sekitar 9 sampai 13 jam perjalanan dengan keadaan normal. Selama perjalanan penulis beberapa kali menemui percabangan jalan dan hal ini menyebabkan pendaki akan berhenti sejenak untuk memilih jalur pendakian. Untuk itulah disarankan selain membawa buku petunjuk perjalanan, pendaki juga disarankan agar membawa kompas dan peralatan navigasi yang lain agar perjalanan menjadi lebih aman. Perjalanan dari jalur tretes akan terasa lebih lama karena pendakiannya searah dengan pendakian menuju ke puncak welirang sehingga waktu pendakian pun akan lebih 2 sampai 3 jam. berbeda dengan pendakian yang dimulai dari lawang - wonosari - puncak.... jalur ini lebih cepat karena langsung menuju ke puncak gunung arjuna tetapi di beberapa bagian jalur yang dilewati cukup berbahaya ditambah kencangnya angin di puncak arjuna. Vegetasi gunung Arjuna lebih baik dari gunung Sumbing ataupun Sundoro karena ladang pertanian hanya 20 � 30 % saja dan itupun masih heterogen dan hanya di sebagian bukit saja dan hutan raya arjuna masih sangat baik dan hanya ada beberapa kerusakan kecil saja seperti penebangan liar dan bekas kebakaran.

6 comments:

KAPA 85 said...

LEGENDA GUNUNG ARJUNA

Gunung-gunung di Jawa Timur banyak yang masih aktif dan kaya akan legenda dan penuh mistik. Kekayaan rasa dan kebatinan masyarakat di tambah dengan penghargaan kepada Alam terutama gunung menciptakan berbagai legenda, salah satunya legenda tentang gunung Arjuna. Masyarakat jawa percaya bahwa kisah dalam wayang adalah kejadian sebenarnya yang terjadi di tanah jawa. Para dewa-dewa pun bersemayam di puncak-puncak gunung di Jawa.

Gunung Arjuna memiliki ketinggian 3.339 meter dpl, namun menurut legenda dahulu tinggi gunung ini hampir menyentuh langit. Karena perbuatan Arjuna maka gunung ini tingginya menjadi berkurang. Arjuna adalah seorang ksatria Pendawa yang gemar bertapa, yang biasanya bertujuan untuk memperoleh kesaktian dan pusaka, sehingga dengan harapan dapat memenangkan perang Baratayudha.

Kali ini Arjuna bertapa di puncak gunung dengan sangat tekunnya, hingga berbulan - bulan. Karena ketekunannya hingga tubuhnya mengeluarkan sinar yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Karena perbawanya yang hebat jika burung berani terbang di atasnya pastilah jatuh tersungkur. Makhluk apapun tak berani mengganggu.

Begitu khusyuknya Arjuna bersemedi hingga menimbulkan goro-goro di Kahyangan Suralaya, Kahyangan geger. Kawah condrodimuko mendidih menyemburkan muntahan lahar. Bumi bergoncang, Petir menggelegar di siang bolong, terjadi hujan salah musim hingga menimbulkan banjir, menyebarkan penyakit, orang yang sore sakit pagi mati, pagi sakit sore mati. Bahkan gunung tempatnya bertapa menjadi terangkat menjulang ke langit.

Para Dewa sangat kuatir, mereka berkumpul mengadakan sidang dipimpin oleh Batara Guru. "Ada apa gerangan yang terjadi di Marcapada , kakang Narada. Hingga Kahyangan menjadi geger" sabda Batara Guru, sebagai kata pembuka meskipun sebenarnya dia sudah mengetahui jawabannya.

Akhir dari Sidang Paripurna Para Dewa memutuskan bahwa hanya Batara Narada lah yang bakal sanggup menyelesaikan masalah. Seperti biasanya Bidadari cantikpun tak akan sanggup membangunkan tapa Arjuna. Batara Narada segera turun ke Marcapada, mencari titah yang menjadi sumber goro-goro. Sesaat ia terbang, ngiter-ngiter di angkasa.

Dilihatnya Arjuna sedang bertapa di puncak gunung. Bersabdalah Batara Narada "Cucuku Arjuna bangunlah dari tapamu, semua orang bahkan para Dewa akan menjadi celaka bila kau tak mau menghentikan tapamu". Arjuna mendengar panggilan tersebut, karena keangkuhannya jangankan bangun dari tapanya, justru dia malah semakin tekun. Dia berfikir bila dia tidak mau bangun pasti Dewa akan kebingungan dan akan menghadiahkan banyak senjata dan kesaktian.

Betara Narada gagal membangunkan tapa Arjuna, meskipun dia sudah menjanjikan berbagai kesaktian. Dengan bingung dan putus asa, segera terbang kembali ke Kahyangan. Sidang susulanpun segera di gelar untuk mencari cara bagaimana menggulingkan sang Arjuna dari tapanya.

Akhirnya diutuslah Batara Ismaya yang sudah menjelma menjadi Semar untuk membangunkan tapa Arjuna. Bersama dengan Togog berdua mereka segera bersemedi dimasing-masing sisi gunung tempat Arjuna bertapa. Berkat kesaktian mereka tubuh mereka berubah menjadi tinggi besar hingga melampaui puncak gunung. Lalu mereka mengeruk bagian bawahnya dan memotongnya. Mereka melemparkan puncak gunung itu ketempat lain.

Arjuna segera terbangun dari tapanya. Dan memperoleh nasehat dari Semar bahwa tindakannya itu tidak benar. Gunung tempat Arjuna bertapa itu diberi nama Gunung Arjuna. Potongan gunung yang di lempar diberi nama Gunung Wukir.

KAPA 85 said...

GUNUNG ARJUNA JALUR LAWANG

Terdapat beberapa gunung di kawasan Gunung Welirang-Arjuna diantaranya : Gn. Arjuna (3339 mdpl), Gn. Welirang (3156 mdpl), Gn. Kembar I (3051 mdpl), Gn. Kembar II (3126 mdpl), Gn. Ringgit (2477 mdpl).

Gn. Arjuna-Welirang dapat didaki dan berbagai arah; arah Utara (Tretes), dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).

Bila kita menginginkan mendaki dari kota Lawang, dari arah Surabaya kita naik bus jurusan Malang dan turun di Lawang (kira-kira 76 Km) dan bila dari Malang, dari Terminal Arjosari kita naik bus menuju Lawang dengan jarak 18 Km.

Dari Pasar Lawang kita mencarter kendaraan bak terbuka (angkutan desa) menuju desa Wonorejo (Kebun Teh Wonosari) sejauh 13 km, atau bisa juga dengan menggunakan ojeg. Pendakian ke puncak dimulai dari desa Wonorejo ini menuju ke Perkebunan Teh desa Wonosari sejauh 3 km.

Di sini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini. Di sepanjang jalur hingga mencapai puncak kita tidak akan menemukan sumber air.

Dari desa Wonorejo terus berjalan dan melewati kebun teh Wonosari yang cukup landai, namun jalanan berdebu dan sering bertiup angin kencang. Sekitar 1 jam perjalanan selanjutnya kita akan sampai di kawasan hutan lamtoro dan pinus. Di kawasan hutan ini kita harus berjalan melintasi akar-akar pohon yang kadang kala cukup merepotkan.

Selama 1 jam setelah melintasi kawasan pepohonan, kita akan sampai di kawasan padang rumput. Jalur berupa tanah berdebu melintasi rumput dan alang-alang. Di depan mata kita dapat menyaksikan bentuk gunung Arjuna secara utuh. Di butuhkan waktu sekitar 30 menit untuk melintasi padang rumput yang sangat panas terutama di siang hari. Akhir dari padang rumput ini terdapat pondok-pondok yang sudah rusak namun masih dapat dimanfaatkan untuk berteduh maupun berlindung dari hempasan angin

Suasana teduh dan sejuk akan kita nikmati saat kita melintasi hutan kecil yang cukup lebat, disini terdapat sebuah sungai , kita harus menyeberangi sungai ini dengan cara melompati batu-batuan, sungai ini sering kali kering di musim kemarau.

Kita kembali akan menapaki padang rumput yang sangat terjal menyusuri punggunan gunung. di beberapa puncak punggung bukit terdapat batu-batu besar yang menghalangi perjalanan, sehingga pendaki harus melewati sisi batu yang berhadapan dengan jurang yang sangat curam dan dalam. Selanjutnya kita kembali akan menyusuri punggung bukit yang banyak ditumbuhi pohon pinus.

Sekitar 3 jam kita akan sampai di Pos III disini terdapat sebuah pondok yang terbuat dari alang-alang. Pendaki dapat merebahkan badan beristirahat diatas tumpukan alang-alang. Pondok ini sangat membantu untuk beristirahat berlindung dari panas, hujan, kabut atau hempasan angin.

perjalanan dilanjutkan dengan melintasi kawasan padang rumput yang semakin menanjak, sesekali nampak elang jawa terbang mencari mangsa. Sekitar 2 jam perjalanan kita akan sampai di sebuah pondok yang dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan terpaan angin kencang.

Meninggalkan pondok kita akan memasuki kawasan hutan tropis yang cukup lebat, di sini banyak terdapat monyet hitam berekor panjang, udara sejuk dan pemandangan hutan yang sangat indah membuat kita memperlambat perjalanan untuk menikmati suasana hutan. Sekitar 30 menit kita akan meninggalkan kawasan hutan tropis.

Jalur beralih ke hutan pinus yang semakin terjal, jalur ini berupa tanah yang berdebu jika dimusim kemarau dan licin bila di musim hujan. Kadangkala jalur tertutup oleh semak-semak berbunga yang sangat indah. Di beberapa tempat kita akan berhadapan dengan batu-batu besar yang menghadang perjalanan. Sekitar 2 jam kemudian kita akan sampai di pertemuan jalur yang menyatu dengan jalur purwosari. Puncak gunung Arjuna sudah berada di depan mata.

Selanjutnya kita harus melintasi padang rumput yang sangat terjal yang banyak ditumbuhi bunga Edelweis. Jalan yang berdebu serta panas yang menyengat membuat perjalanan akhir ini terasa sangat berat. Puncak Gunung Arjuna tinggal 30 menit lagi namun kita harus mengerahkan seluruh sisa-sisa tenaga kita.



Puncak gunung Arjuna disebut juga puncak Ogal-agil, di sekitar puncak ini banyak terdapat batu-batu besar yang berserakan.

Dari puncak gunung Arjuna ke arah timur kita dapat melihat gunung Semeru dengan sangat jelas, sementara itu ke arah utara kita lihat puncak gunung penanggungan yang menyerepui puncak gunung semeru. Kearah selatan tampak gunug Kawi dan gunung Anjasmoro terasa sangat dekat.

KAPA 85 said...

GUNUNG WELIRANG (3.156m)

Gunung Welirang adalah gunung yang masih aktif dengan kawah yang selalu menghembuskan asap dan cairan belerang. Gunung ini merupakan kompleks gunung yang membentuk barisan. Terdapat beberapa gunung di sekitar Gunung Welirang-Arjuna diantaranya :
Gn. Arjuna (3339 mdpl), Gn. Welirang (3156 mdpl), Gn. Kembar I (3051 mdpl), Gn. Kembar II (3126 mdpl), Gn. Ringgit (2477 mdpl).

Gn. Welirang dapat didaki dan berbagai arah; arah Utara (Tretes dan Trawas ), dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).

JALUR TRETES

Dari Surabaya kita naik bus jurusan Malang atau sebaliknya, turun di Pandaan dan ganti kendaraan ke jurusan Tretes. Kendaraan yang menuju kawasan wisata Tretes ini berupa Izusu L300 yang berhenti di pertigaan Pasar Buah Pandaan. Dengan tarif Rp.5.000,- per orang, turun di depan hotel Tanjung. Di perjalanan menuju Tretes terdapat sebuah Candi Jawi peninggalan jaman Hindu. Tretes merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata serta terdapat air terjun yang indah yaitu Air terjun Kakek Bodo. Terdapat pula tempat perkemahan yang ramai dikunjungi para pelajar pada hari-hari libur.

Tempat pendaftaran berada di pinggir jalan raya, tepatnya di seberang hotel Tanjung. Dengan membayar biaya pendaftaran Rp.4.500,- serta diwajibkan menitipkan katu tanda pengenal. Di pos pendaftaran ini terdapat empat buah kamar mandi umum.

Dari Pos pendaftaran kita berjalan mengikuti jalan aspal sekitar 200 meter kita akan sampai di pintu masuk Taman Wisata Air Terjun Kaket Bodo yang berada di belakang hotel Surya. Dari pintu masuk ini jalanan sudah di semen hingga Pos Pet Bocor atau Air Terjun.

Berjalan sekitar 200 meter kita akan bertemu dengan percabangan yang ke kanan menuju Bumi Perkemahan dan Air Terjun Kakek Bodo. Sedangkan ke kiri (lurus) menuju Pet Bocor arah menuju puncak Gunung Welirang. Hingga Pet Bocor jalur masih rapi disemen dengan kemiringan yang sangat tajam, sehingga bisa dijadikan pemanasan pendakian yang cukup menguras nafas dan tenaga. Dengan suasana lingkungan yang bersih dan sejuk karena masih terlindungi oleh pohon-pohon besar.

Setelah berjalan sekitar 45 menit sampailah kita di Pos Pet Bocor. Di Pet Bocor terdapat tempat yang sangat luas untuk membuka beberapa tenda. Terdapat pula sumber air yang berasal dari pipa-pipa saluran air yang bocor. Pada hari-hari libur terdapat warung makanan.

Dari Pet Bocor perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalanan berbatu yang sudah rusak. Jalur sangat lebar bisa dilewati Jip, dengan kondisi alam yang terbuka, jarang terdapat pohon, dan dikiri kanan jalan hanya ditumbuhi alang-alang dan ditanami pisang untuk mengatasi alang-alang. Jalur ini biasa digunakan oleh Jip pengangkut belerang hingga Pos Kokopan. Sehingga pendaki bisa juga menuju ke Pos Kokopan dengan menumpang Jip yang hanya ada bila memang hendak mengambil belerang saja. Di siang hari jalur akan terasa sangat panas dan berdebu, sehingga sebaiknya pendakian dilakukan di sore, malam, atau pagi hari. Di sepanjang jalur pendaki akan disuguhi pemandangan ke arah Tretes dan gunung Penanggungan yang sangat indah.

Setelah berjalan sekitar 3 jam pendaki akan sampai di Pos Kokopan. Kokopan berada diketinggian 1500 mdpl, terdapat pondok-pondok yang didirikan oleh para penambang Belerang. Terdapat pula sungai kecil yang airnya cukup melimpah. serta dilengkapi dengan MCK sederhana. Terdapat pula warung makanan yang hanya buka pada hari-hari libur. Kawasan ini bisa menampung cukup banyak tenda dan dikelilingi pohon-pohon cemara. Nyaman untuk menginap karena cukup terlindung dari hembusan angin. Di siang hari udara terasa dingin dan seringkali berkabut.

Di kokopan terdapat sebuah makam keramat yang terbuat dari susunan batu. Makam ini tepatnya berada di sebelah bawah Pos Kokopan di dekat tikungan jalur. Konon para pendaki dan penambang sering dimunculkan oleh penampakan seseorang kakek dan kakek tersebut mengajak berbicara, setelah memperkenalkan diri sebagai Maulana Malik Ibrahim maka kakek tersebut berpamitan hendak pulang ke rumah dan menghilang tepat di makam tersebut.

Dari Pos Kokopan perjalanan dilanjutkan menuju Pos Pondokan. Terdapat banyak jalur untuk menuju Pondokan. Jalur yang sering digunakan para pendaki adalah jalur utama yang berupa punggungan gunung yang lurus. Jalur berupa jalan berbatu yang terjal sehingga sangat menguras tenaga terutama bila pendakian dilakukan di siang hari, di malam hari jalur pendaki ini akan susah dikenali karena tertutup semak-semak. Tidak ada rambu-rambu penunjuk arah. Pendakian di siang hari cukup nyaman karena banyak terdapat pohon-pohon besar di sepanjang jalur pendakian. Waktu yang dibutuhkan sekitar 4 jam untuk menuju Pos Pondokan.

Jalur yang lain untuk menuju Pos Pondokan adalah jalur para penambang. Jalur ini cukup landai namun lebih jauh karena memutar dan menyimpang 2 hingga 4 punggungan gunung dari punggungan utama jalur pendaki. Jalur penambang setiap hari digunakan oleh para penambang untuk menurunkan belerang dari Pondokan ke Kokopan dengan menggunakan gerobak sederhana, sehingga jalur ini selalu berdebu terutama di siang hari. Jalur ini melintasi kawasan hutan yang cukup lebat dan diselimuti semak-semak belukar yang rapat. Bagi pendaki yang baru pertama kali mendaki gunung Welirang disarankan menggunakan jalur para penambang, karena jalurnya cukup lebar dan sangat jelas. Waktu yang dibutuhkan sekitar 4 hingga 6 jam untuk menuju Pos Pondokan dari jalur penambang ini.

Pos Pondokan berupa tanah terbuka yang cukup luas dengan ketinggian berkisar 2250 mdpl. Terdapat pondok-pondok sederhana yang dibangun oleh para penambang Belerang. Di sebelahnya terdapat sungai dengan debit air yang sangat kecil. Sumber air berupa bak penampungan yang dialiri air dari pipa-pipa yang berasal dari rembesan air sungai. Pada hari Minggu dan musim liburan kadangkala ada warung makanan yang buka. Di pos ini pendaki biasanya bermalam untuk mempersiapkan diri melanjutkan pendakian ke puncak gn-Welirang atau menuju gn.Arjuna. Persediaan air minum disiapkan dari Pos Pondokan ini.

Menuju Puncak Gn-Welirang terdapat banyak jalur pintas, jalur utama berupa jalan berbatu yang terjal. Jalur penambang tidak terlalu terjal tetapi memutar melipir sisi sebelah kanan. Masih dibutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mencapai puncak gunung Welirang. Jalur memasuki kawasan hutan cemara yang diselimuti semak-semak. Menjelang Puncak Gunung welirang jalur terbagi menjadi dua. Jalur penambang lurus menuju kawah di mana para penambang mengambil belerang. Jalur pendaki ke arah kanan melintasi punggungan yang sangat curam dan berbatu-batu.

Di kawasan Puncak Gunung Welirang pemandangannya sangat luar biasa indahnya. Pendaki bisa berkeliling mengelilingi kawah untuk mendaki beberapa puncak-puncak kecil. Bila cuaca bersih kita bisa memandang puncak gunung Arjuna dengan detail yang sangat jelas. Gunung Penanggungan juga jelas terlihat sangat dekat.

Terdapat banyak puncak dan banyak kawah yang masih aktif. Kawah yang paling besar dan dalam adalah Kawah Jero, di sebelahnya adalah Kawah Plupuh. Tebing-tebing di sekitar puncak menghembuskan asap belerang. Beberapa lubang di tebing juga mengeluarkan cairan belerang yang berwarna keemasan.

Asap belerang yang pekat bila berhembus mengenai mata bisa menyebabkan mata bengkak untuk itu segera cuci mata dengan air bersih. Bila terhirup dalam waktu yang cukup lama maka bisa menyebabkan pening dan pingsan. Untuk itu bila asap tebal belerang sedang menyelimuti puncak sebaiknya tidak mendekatinya. Agar sedikit lebih aman gunakan kaca mata dan masker penutup hidung yang dibasahi dengan air.

Puncak Gunung Welirang sering diguncang gempa lokal, yang disebabkan oleh pergerakan belerang di dalam perut gunung yang bergerak menuju lubang-lubang di atas puncak. Batu-batu di sekitar puncak juga terasa panas bila dipegang atau diduduki.

Terdapat Gua Sriti yang cukup luas di dekat Puncak gunung Welirang, gua ini dahulunya di jaman Belanda pernah dibangun sebuah villa serta tempat penangkaran Kijang. Terdapat batu-batu pondasi bekas pagar dan bangunan-bangunan villa serta kandang kijang. Juga terdapat sebuah makam keramat di dekat gua tersebut yang diyakini oleh para penambang belerang sebagai makam Mbah Tedjo Geni.

MELANJUTKAN KE GUNUNG ARJUNA DARI PONDOKAN

Setelah beristirahat di pondokan, pendakian di lanjutkan dengan menempuh jalur ke arah kiri. Melintasi hutan pinus dan setelah berjalan sekitar 1 jam akan sampai di Lembah Kidang. Lintasannya agak mendatar dan banyak ditumbuhi pohon rumput yang agak tinggi dan pohon pinus.

Di Lembah Kidang terdapat sumber air yang berada di ketinggaan sekitar 2.300mdpl. Di lembah ini dapat dijumpai satwa-satwa penghuni gunung arjuna. Dari Lembah Kidang Jalur kembali menanjak dan selanjutnya akan bertemu dengan persimpangan jalur yang menuju puncak Gn. Arjuna dan Puncak Gn.Welirang ( lewat Gn. Kembar1 dan Gn. Kembar 2)

Widias dan Begeng di puncak Gn. ArjunaBerjalan menyusuri hutan cemara, jalur kembali menanjak. setelah berjalan sekitar 1,5 jam dari persimpangan kita akan melewati tempat yang dinaniakan "Pasar Dieng", ketinggiannya hampir sama dengan puncak G. Arjuna dan terdapat batu yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke Puncak G. Arjuna hanya memakan waktu ± 15 menit. Di puncak Gn. Arjuna banyak terdapat batu-batu besar yang berserakan. Ada juga sebuah batu yang dikeramatkan masyarakat, batu tersebut berbentuk seperti kursi.

MELANJUTKAN KE GUNUNG ARJUNA DARI PUNCAK GN. WELIRANG

Bila kita akan melanjutkan penjalanan menuju Gn. Arjuna maka setelah kita sampai di puncak G. Welirang kita berjalan turun tepatnya ke arah selatan. Terdapat satu dataran yang cukup luas yang menjadi persimpangan antara puncak Gn.Welirang, Jalur ke Pondokan, Ke Kawah penambang dan ke selatan ke Gn. Kembar 1.

Deretan Puncak Gn.Kembar1, Gn.Kembar2, Gn.Arjuna di foto dari puncak Gn.Welirang.Jalur menanjak melalui hutan cemara hingga puncak Gn. Kembar 1 yang memiliki ketinggian 3.051 mdpl, kemudian menurun menyusuri jurang, maka akan sampai di persimpangan kembar setelah menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam dari Gn.Welirang. Jalur kembali menanjak menapaki puncak Gn. Kembar II dengan ketinggian 3.126 mdpl. Jalur kemudian menurun dan selanjutnya akan berjumpa dengan persimpangan yang ke Gn.Arjuna dan ke Pondokan (kembali ke Tretes).

Berjalan menyusuri hutan cemara, jalur kembali menanjak. setelah berjalan sekitar 1,5 jam dari persimpangan kita akan melewati tempat yang dinamakan "Pasar Dieng", ketinggiannya hampir sama dengan puncak Gn. Arjuna dan terdapat batu yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas.Mbah Steve dan Q-noy di puncak Gunung Arjuna Dari sini untuk ke Puncak Gn. Arjuna hanya memakan waktu ± 15 menit.

Puncak G. Arjuna anginnya sangat kencang dan suhunya antara 5-10 derajat celcius. Disini kita dapat menikmati suatu Panorama yang sangat indah terutama bila malam hari, kita dapat melihat ke bawah, kota-kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan. serta laut utara dengan kerlipan lampu- lampu kapal. Puncak Gn. Arjuna disebut juga dengan Puncak 'Ogal-Agil' atau 'Puncak Ringgit.

RUTE TRETES

1


Surabaya - Pandaan ( jurusan ke Malang )
Bus
2 Pandaan - Tretes (Pos Pendakian) Izusu
3 Pos - Shelter I (Pet Bocor) 45 menit
4 Shelter I - Shelter II (Kokopan 1500 m) 3 jam
5 Shelter II - Shelter III (Pondokan 2250 m) 4 jam
6 Pondokan - Gn. Welirang 3 jam
7 Pondokan - Puncak Gn. Arjuna 4 jam
8 Gn. Welirang - Puncak Gn. Arjuna 7 jam

KAPA 85 said...

GUNUNG ARJUNA (3.339m) - WELIRANG(3.156m)

Terdapat beberapa gunung di sekitar Gunung Welirang-Arjuna diantaranya : Gn. Arjuna (3339 mdpl), Gn. Welirang (3156 mdpl), Gn. Kembar I (3051 mdpl), Gn. Kembar II (3126 mdpl), Gn. Ringgit (2477 mdpl). Gn. Arjuna- Welirang dapat didaki dan berbagai arah; arah Utara (Tretes), dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).

JALUR BATU (SELECTA)

arjuno-welirangs.jpg (13208 bytes)Rute pendakian lainnya yaitu dari kota Batu lewat Selecta yang terletak di sebelah Barat G. Welirang. Kota Batu merupakan tempat wisata yang memiliki sumber air hangat dari kaki G. Welirang dan keadaannva tidak berbeda jauh dengan Tretes. Dari arah Kediri atau Malang untuk menuju Batu kita dapat naik bus/Colt, selanjutnya perjalanan dari Batu menuju Selecta menggunakan Colt (angkutan pedesaan). Selecta salah satu tempat wisata yang ada di kota Batu dengan ketinggian 1.200 m dari permukaan laut.

Setelah tiba di Selecta kita dapat bermalam haik di Hotel maupun Losmen. Besok paginya dengan colt, kita menuju desa Kebonsari. Di desa ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan ke puncak dan kembalinya.

Kita memulai pendakian dengan melewati ladang sayur-sayuran dan jalan setapak menuju ke arah timur laut dan terus naik melewati hutan tropika, dalam perjalanan ini samar-samar akan terlihat puncak G. Arjuna.

Mendaki selama 5 - 6 jam akan mengantarkan kita pada punggungan gunung yang menghubungkan Puncak G. Welirang dan G. Arjuno, tepatnya sebelah tenggara G. Kembar I. Kita masih harus menempuh perjalanan 1 - 2 jam lagi untuk menuju puncak G. Welirang ke arah kiri atau G. Arjuno ke arah kanan selama 4 - 5 jam.



RUTE BATU SELECTA
1 Malang - Batu Bus
2 Batu - Selecta Colt
3 Selecta - Kebonsari Colt
4 Kebonsari - Kebun sayuran jalan
5 Kebun sayuran - hutan tropis 2 jam
6 Hutan tropis - Persimpangan Kembar 4 jam
7 Persimpangan Kembar - Gn.Arjuna 4 jam
8 Persimpangan Kembar - Gn.Welirang 2 jam

KAPA 85 said...

GUNUNG ARJUNA (3.339m)

Gunung Arjuna dengan ketinggian 3.339 mdpl, sejak jaman Majapahit sudah dijadikan tempat pemujaan. Seperti halnya gunung penanggungan yang terletak tidak begitu jauh dari gunung arjuna ini, keduanya banyak memiliki peninggalan sejarah berupa bangunan pemujaan. Dilereng-lereng gunung Arjuna yang berketinggian 3.339 mdpl tersebut banyak terdapat arca maupun candi peninggalan kerajaan Majapahit. Situs-situs kuno dan bersejarah ini banyak berserakan mulai dari kaki gunung sampai di puncak gunung arjuna.

Situs-situs Candi dan patung pemujaan peninggalan Jaman Majapahit itu hanya dapat dijumpai di jalur pendakian Purwosari, yakni tepatnya dari desa Tambak watu kec. purwodadi, kab. pasuruan. Suasana angker dan penuh magis masih menaunginya, karena situs-situs tersebut masih sering didatangi para pejiarah untuk bermeditasi dan berdoa, terutama para penganut kejawen, sehingga situs-situs kekunaan di gunung Arjuna ini terawat dan terjaga dengan baik.

Untuk menuju Desa Tambak Watu, dari kota Malang kita naik mobil kecil/bus jurusan surabaya turun di pasar Purwosari. Dari pasar Purwosari kita bisa naik angkutan desa warna kuning dengan ongkos Rp. 3.000,- menuju dusun Tambak Watu. Atau bisa juga dengan naik ojeg dengan ongkos Rp.7.000,-

Dusun Tambak Watu merupakan dusun terakhir dan disinilah pendaki dan para pejiarah melakukan pendaftaran dengan membayar iuran kas desa Rp.1000,- bagi setiap pejiarah/pendaki.

Di Pos Pendaftaran yang juga merangkap sebagai warung ini, pendaki maupun pejiarah dapat melengkapi segala kebutuhan logistiknya. Bila ingin menginap atau bermeditasi di situs-situs ini disarankan untuk membawa obat nyamuk gosok, karena situs-situs ini berada di tengah hutan lebat yang banyak nyamuknya. Pendaki dan pejiarah dilarang membawa obat nyamuk bakar bila menginap di pondok-pondok yang terbuat dari alang-alang.

Dari desa Tambak Watu diatas ketinggian 1.000 mdpl, inilah awal pendakian menapaki jalan setapak menuju puncak Arjuna. Pendakian akan melewati hutan pinus yang tertata rapi, sementara di sela-sela pohon pinus tersebut banyak ditanami pohon kopi dan pohon pisang. Suasana tenang, adem, ayem dan wingit mulai terasa begitu memasuki kawasan ini.

Sampai di ketinggian 1.300 mdpl kita bisa jumpai sebuah gua yang bernama Gua Antaboga. Goa ini berada di bawah tebing batu menghadap utara,dengan kedalaman 1,5 m, lebar 1 m, serta mempunyai ketinggian 1,25 m. Di depan gua terbapat sebuah pondokan yang bisa digunakan para peziarah untuk melepas penat setelah satu setengah jam berjalan menuju goa ini.

Setiap Jum'at Legi khususnya pada bulan Syuro, goa ini banyak di kunjungi pejiarah sebagai tempat untuk mencari ketenangan hidup. Mereka membakar hio atau dupa serta menabur bunga tiga warna yang digunakan untuk sesajen selagi para peziarah itu memohon doa.

Dengan melewati jalan setapak yang terus menanjak, sementara di kiri kanan jalan nampak semak belukar yang masih rapat dan beberapa bunga liar, sampailah di punden Eyang Madrem. Perjalanan dari Goa Antaboga, Punden Eyang Madrem bisa ditempuh sekitar satu jam dengan berjalan kaki.

Situs ini hanyalah berupa cungkup yang beratap genteng dengan luas sekitar 1,5 x 1,5 m, berdiri di atas sebuah pondasi batu bata setinggi 3 m. Diatasnya terdapat batu andezit yang disusun berjejer tiga. Sementara di dekat batu tersebut di sediakan tempat kemenyan untuk para peziarah yang ingin berdoa di situ. Dari pondasi batu bata, sebelum menuju tempat utama punden, terlihat tangga batu yang teratur rapi.

Dari Situs Eyang Madrem perjalanan bisa dilanjutkan menuju situs Eyang Abiyasa. Untuk menuju petilasan Eyang Abiyasa ini kita harus menapaki jalan setapak di tengah hutan lebat. Dengan perjalanan sekitar 1,5 jam sampailah di padepokan Eyang Abiyasa. Jalan setapak disekitar situs ini ditata rapi dengan semen dan dikiri kanan jalan dibentuk taman-taman yang sangat rapi dan bersih.

Petilasan inilah yang dijadikan pusat bagi para penganut aliran kepercayaan untuk berkumpul dan mengadakan ritual pada bulan Suro. Dalam bilik petilasan ini tidak terdapat arca maupun batu yang bisa dijadikan tanda peninggalan kerajaan. Tapi bagi yang beruntung mereka dapat melihat patung Eyang Abiyasa tersebut.

Terdapat kolam Dewi Kunti konon jika airnya diminum dapat memberikan keluhuran jiwa serta selalu ingat Hyang Kuasa. Di sini juga terdapat beberapa pondokan yang dibangun untuk pejiarah.

Sekitar 50 meter agak ke bawah dari kedua petilasan ini terdapat situs Eyang Sekutrem.

Petilasan ini dinaungi oleh pohon-pohon besar sehingga dari kejauhan sudah nampak kesan wingit dan angker. Petilasan Eyang sekutrem juga berupa kamar yang tertutup tembok. Lebar bangunan tersebut sekitar 2,5m x 2m. Di dalamnya ada sebuah arca yang terbuat dari batu andezit dengan tinggi sekitar 70 cm. Di petilasan ini selalu dinyalakan hio dan dupa yang menyebarkan bau harum.

Sambil mengucapkan terima kasih ketika meninggalkan situs Eyang Sekutrem, kita berjalan melewati hutan lebat dan sekitar 30 menit sampailah di situs Eyang Sakri. Menurut cerita Eyang Sakri merupakan tokoh pertama yang menurunkan raja-raja Majapahit.

Petilasan ini berupa cungkup tertutup menghadap ke barat, terbuat dari kayu. Di dalamnya terdapat semacam makam batu yang membujur ke utara selatan. Di sampingnya berdiri sebuah pondok yang terbuat dari ilalang kering yang dapat digunakan untuk beristirahat maupun bermalam.

Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri punggung bukit yang agak terjal dangan menembus jalur yang membelah padang alang-alang dan hutan lebat, hingga sampai di ketinggian 2100 mdpl.

Di sini bisa dilihat arca Eyang Semar yang menghadap ke Timur. Tempat ini merupakan persinggahan Eyang Semar ketika mengantar Wisnu yang akan bertapa di Makutarama.

Dengan bersemedi memohon pada Eyang Semar, ditempat ini bila Anda beruntung bisa memperoleh ajian Semar Mesem, permohonan apapun seringkali dikabulkan oleh Eyang Semar. Tempat ini terkenal paling angker, hindari menginap dilokasi ini, meskipun di sekitar situs ini terdapat tiga buah pondok dan sebuah aula yang dibangun oleh para pejiarah. Selain itu para pejiarah juga membuat bak penampungan air. Dengan selang plastik mereka mengalirkan air yang berasal dari sendang drajad.

Dari situs Eyang Semar ini kita bisa melanjutkan perjalanan ke atas bukit berbatu. Sebelum masuk areal Wahyu Makutarama ini, akan dijumpai enam patung Semar yang menggambarkan kesetiaannya mengantar Wisnu sampai di Pertapaan Makutarama.

Dengan berjalan sekitar 30 menit akan sampai di Wahyu Makutarama, yaitu tempat bertapa Dewa Wisnu. Petilasan ini berupa bangunan andesit yang berukuran 7 x 7 m dengan tinggi sekitar 3 meter. Di bangunan batu ini terdapat dua buah Mahkota raja yang berdampingan. Ini merupakan sebuah simbol kebesaran dari seorang raja jaman duhulu.

Terdapat sebuah pondok di sebelah kiri situs ini. Dengan berjalan menempuh jarak sekitar 100 meter ke arah kiri akan kita dapati sebuah sungai dengan batu-batu yang besar. Namun sungai ini kering di musim kemarau, menyisakan genangan air di celah batu. Bermeditasi di atas batu besar di sungai ini sambil memandangi puncak Mahameru, akan membawa kita menerawang ke puncak para Dewa.

Bila di musim penghujan sungai ini akan dialiri air dan membentuk air terjun yang sangat indah dan dapat digunakan untuk mandi dan tapa kungkum (berendam). Sementara itu di seberang sungai ini terdapat hutan tropis yang masih lebat, yang banyak dihuni menjangan, lutung, elang jawa dan satwa liar lainnya.

Dari Makutarama, berjalan ke atas lagi untuk mencapai puncak tertinggi yang merupakan tempat muksanya Pandawa yakni Puncak Sepilar. Candi sepilar ini dikawal oleh sembilan arca yang menggambarkan raksasa yang sedang mengawal Pandawa. Arca ini terdapat di bawah candi Sepilar tersebut. Suasana angker dan menyeramkan sangat terasa, terutama bila kita melakukan pendakian pada malam hari. Kita akan berjalan meniti jalan setapak yang dikelilingi patung-patung buto (raksasa).

Di Sepilar inilah juga terdapat Pasar Setan atau Pasar Dieng seperti halnya di Gunung Lawu atau Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Bila dari Sepilar, menuju arah kanan menyusuri satu bukit, sampailah di Candi Wesi. Semasa Bung Karno masih muda dan belum menjadi Presiden RI, beliau sering ke Candi Wesi ini.

Di sini bisa dilihat tiga arca Pandawa, dahulunya terdapat lima buah patung namun patung Nakula dan Sadewa telah hilang dicuri. Di sebelah kiri bangunan Candi Sepilar bisa dilihat sebuah kuburan, yang menurut cerita merupakan merupakan tempat muksanya Eyang Semar.

Pada bulan Suro tempat ini banyak didatangi para penganut aliran Kejawen untuk memohon doa bagi keselamatan hidupnya. Di sebelah kanan situs ini di bangun sebuah pondokan oleh para pejiarah untuk menginap. Sekitar 100 meter ke arah kanan terdapat sumber mata air yang disebut sendang drajad.

Kalau meneruskan perjalanan mendaki lagi, sampailah di Candi Mangunggale Suci. Candi ini hanyalah sebuah batu yang ditata seperti pondasi yang di atasnya terletak sebuah marmer yang bertuliskan huruf jawa dan di bawahnya lagi tertulis Sura Dira Jaya Diningrat Lebur Dining Pangastuti ( Kejahatan pasti kalah oleh kebaikan). Dan di bawah tulisan ini tersebutlah nama Maha Resi Agung Prawira Harjana. Orang ini adalah pengikut setia Bung Karno.

Dari Candi Manunggale Suci, kita berjalan ke arah kiri mendaki bukit terjal diantara pohon-pohon pinus. Dengan menyusuri punggungan bukit, jalan setapak berada di pinggiran jurang dalam yang berbatuan, dan deru angin kencang serta kabut yang sering muncul, menambah seramnya suasana.

Mendaki di jalur ini harus ekstra hati-hati terutama bila dilakukan di malam hari. Setelah berjalan sekitar 1 jam kita berbelok ke kanan mengikuti alur punggung bukit yang semakin terjal dan berbatu-batu. Dari tempat ini kita bisa melihat jurang dalam yang sangat indah, sesekali nampak elang jawa terbang mencari makan. Puncak gunung Arjuna juga kelihatan di depan mata.

Dengan berjalan sekitar 2 jam menyusuri punggung bukit yang berbatuan kita akan sampai di pertemuan dua buah punggung bukit, kemudian kita menyusuri lereng jurang yang mengitari puncak Arjuna. 1/2 jam kemudian dengan mengitari puncak arjuna yang banyak batu besarnya kita akan tiba di pertemuan jalur purwosari dan jalur Lawang.

Selanjutnya kita harus menempuh padang rumput yang banyak ditumbuhi bunga edelweis, jalur ini sangat terjal melintasi tanah yang berdebu, sekitar 1/2 jam kita akan sampai di puncak gunung arjuna yang disebut puncak Ogal-agil atau puncak Ringgit, sebelumnya kita harus melewati batu-batuan yang berserakan. Para pejiarah membangun undak-undakan yang tersusun dari batu-batu andesit yang ditata rapi, untuk melangkah ke puncak Gn.Arjuna.

Disekitar puncak gunung Arjuna banyak terdapat batu-batu besar yang berserakan, di sebelah utara puncak berupa jurang terjal berbatu-batu yang sangat indah. Sangat disayangkan batu-batu besar di puncak gunung Arjuna ini telah dicemari oleh coretan-coretan tangan-tangan mereka yang mengaku "Pecinta Alam".

Ke arah barat tampak di depan kita gunung Welirang yang selalu mengeluarkan asap, disamping gunung Welirang ke arah Barat Laut tampak gunung penanggungan yang runcing sempurna, dengan puncak yang menyerupai gunung semeru.

Kearah timur kita dapat menyaksikan puncak gunung semeru yang sangat menawan. Di sebelah selatan kita berdiri gunung Kawi dan gunung Anjasmoro.

Di puncak gunung Arjuna terdapat sebuah batu yang berbentuk singasana (kursi) yang sering dikunjungi para pejiarah untuk membakar hio dan dupa. Pada batu ini terdapat gambar cakra dan tulisan jawa yang berarti Maha Kuasa, disinilah tempat bertahta penguasa Alam Gaib gunung Arjuna, Jangan coba-coba untuk duduk atau menginjak batu ini, agar terhindar dari celaka.

Catatan penting !!
1. Pendaki harap tidak melakukan pengrusakan, memindahkan, mengambil, atau melakukan corat-coret di situs-situs purbakala. Situs-situs purbakala ini dilindungi Undang-undang. Ada baiknya pendaki mempelajari cerita wayang sebelum melewati jalur ini, agar lebih memahami arti dari situs-situs purbakala ini.
2. Jalur ini khusus digunakan oleh para pejiarah, terutama para penganut kejawen untuk bermeditasi mencari ketenangan hidup, harap para pendaki berlaku sopan tidak berbuat keributan. Hargai keyakinan dan kepercayaan orang lain. Hindari melewati jalur ini pada bulan suro dan malam jumat, terutama pada hari-hari jiarah dan pada saat ada upacara ritual.
3. Apabila sudah selesai menggunakan pondok-pondok yang ada, harap dirapikan kembali, dibersihkan, hargai para pejiarah yang telah membangun pondok - pondok ini. Kita juga harus bersyukur karena para pejiarahlah maka situs-situs ini terawat rapi.
4. Ketika melewati petilasan-petilasan yang wingit dan angker ini ucapkan kata-kata "permisi eyang" terutama bila melewati petilasan Eyang Sekutrem, harus bilang permisi dan terima kasih.
5. Hati-hati bila berada di sekitar petilasan Eyang Semar, berlakulah sopan dan jangan sekali-kali berpikiran yang jahat, hindari menginap di lokasi ini karena tempat ini paling angker dan merupakan tempat yang paling sering dikunjungi para pejiarah untuk memohon berkah Eyang Semar.
6. Getaran-getaran kekuatan gaib sangat terasa di sepanjang jalur jiarah pendakian, suasana yang benar-benar wingit dan angker sangat terasa. Hati-hati dalam berpikir dan bertindak, hilangkan semua pikiran jahat.
7. Camkan baik-baik "Sura Dira Jaya Diningrat Lebur Dining Pangastuti" (Kejahatan pasti kalah oleh kebaikan), bagi mereka yang berpikiran dan berhati tidak bersih, penuh kesombongan dan keangkuhan hindari melalui jalur ini. Sebaliknya bagi pendaki/pejiarah yang berhati tulus, cinta alam dan kehidupan, berwatak kesatria, jalur ini diyakini penuh berkah.

RUTE PURWOSARI
1 Surabaya - Purwosari ( jurusan ke Malang ) Bus
2 Pasar Purwosari - Dusun Tambak Watu Colt Kuning / Ojeg
3 Dusun Tambak Watu - Hutan Pinus 30 menit
4 Hutan Pinus - Gua Antaboga 30 menit
5 Gua Antaboga - Punden Eyang Madrem 1 jam
6 Punden Eyang Madrem - petilasan Eyang Abiyasa 1 jam
7 Petilasan Eyang Abiyasa - Situs Eyang Sakri 30 menit
8 Situs Eyang Sakri - Situs Eyang Semar 1 jam
9 Situs Eyang Semar - Wahyu Makutarama 1 jam
10 Wahyu Makutarama - Puncak Sepilar 1 jam
11 Puncak Sepilar - Candi Manunggale Suci 1 jam
12 Candi Manunggale Suci - Puncak Gn.Arjuna 4 jam

Anonymous said...

This chamber moves the heated water into another hose by way of thermally-induced pressure and siphoning effect. [url=http://www.mulberryhandbagssale.co.uk]http://www.mulberryhandbagssale.co.uk[/url (There is actually a code on the spine of the album jacket, which indicated which sleeve it was - this could sometimes be seen while the record was still sealed.) The pictures all depicted the same scene in a bar (in which a man burns a Dear John letter), and each photo was taken from the separate point of view of someone who appeared in the other photos.. [url=http://www.goosecoatsale.ca]http://www.goosecoatsale.ca[/url] Ibvupsddq
[url=http://www.pandorajewelryvip.co.uk]pandora store[/url] Nxipnnqiu [url=http://www.officialcanadagooseparkae.com]canada goose canada[/url] pwzaotbnk