Nama Puncak : Dewi Rengganis Type : Strato Letak : Kab. Probolinggo - Jawa Timur Tinggi : (3088 mdpl) Posisi Geografi : -
Biaya Ekspedisi | Rincian perjalanan dari Surabaya - Probolinggo Rp 20.000,- terus ke Desa Bremi Rp.15.000,- Tiket Pendakian + Asuransi Rp. Waktu pendakian : 14 jam | Jalur Alternatif Pendakian | dari Desa Baderan di Besuki | | |
Pandangan Umum
|
Gunung yang terletak diantara dua pegunungan raksasa yaitu semeru dan raung ini dapat kita lihat dari puncak gunung raung ataupun dari puncak semeru. Gunung yang sudah tidak aktif lagi kawahnya ini terletak di Kab. Probolinggo Jawa Timur. Untuk mencapai lokasi pendakian pendaki terlebih dahulu menuju ke dua titik pendakian yang masing-masing terdapat di dua kab. yaitu Probolinggo dan Besuki (untuk pendaki dari Jabar dan Jateng). Selanjutnya menuju ke Probolinggo dan berakhir di desa bremi selatan Probolinggo dengan menggunakan angkutan lokal. Dari desa inilah pendakian menuju puncak argopuro dimulai. Selain dari baderan juga dapat dilakukan dengan menggunakan jalur dari desa baderan. untuk menuju ke desa baderan dapat menggunakan angkutan lokal (dari besuki) yang menuju desa ini yang jadwalnya dua atau tiga kali sehari tergantung penumpang. Di desa baderan juga menyediakan sarana penginapan yang harganya relatif murah bila dibandingkan dengan harga di kota besar. Pendakian menuju puncak argopuro ini tidak seramai gunung-gunung lain di jawa timur dan sarana posko pendakian pun tidak tersedia secara resmi hanya posko informal ala desa saja, sehingga pendaki yang akan mendaki ke gunung ini disarankan untuk mengerti betul teknik dan medan yang akan dilalui karena tanggung jawab keselamatan apabila terjadi musibah di gunung ini adalah menjadi milik pendaki sendiri sehingga persiapan dan kekompakkan sangat diperlukan. Jalur yang dilalui selama perjalanan memang sudah cukup jelas tetapi karena reliefnya yang landai maka waktu pendakian menuju puncak akan lebih lama. Oleh karena itu pendaki disarankan untuk memperhitungkan persediaan logistik dan air meski di argopuro terdapat sumber air, tetapi sbagai langkah aman sebaiknya air tetap disiapkan sejak saat pendakian dimulai. Pada waktu dan cuaca yang normal pendakian menuju puncak akan membutuhkan waktu sekitar 10 - 12 jam |
6 comments:
GUNUNG ARGOPURO JALUR BREMI
Akhir bulan September 2003 Steve melakukan pendakian gunung Argopuro seorang diri. Gunung Argopuro terkenal sangat angker, gunung ini menyimpan misteri legenda Dewi Rengganis yang hilang bersama enam dayangnya. Konon, Sang Dewi bakal marah besar kalau merasa terusik ketenangannya. Pendaki yang suka usil dan mengusik, kalau tidak kesurupan bisa jadi akan kesasar tidak karuan.
Tidak hanya sang Dewi Rengganis saja yang terkenal di kalangan para pendaki, beberapa Dayang-dayangnya pun sangat dikenal diantara para pejiarah, diantaranya Dayang Dewi Selendang Biru yang sering dimintai pertolongan. Ada juga beberapa Dayang yang suka menggoda para pendaki pria dengan mengajak berkencan, sehingga pendaki tersebut akan senang dan tidak mau meninggalkan Gunung Argopuro. Cerita akan lain bila Dayang-dayang tersebut mengajak pendaki mandi di tengah danau Taman Hidup dalam cuaca dingin berkabut. Konon Dewi Rengganis juga suka memberi keris pusaka kepada para pendaki yang sengaja datang untuk berjiarah.
Konon juga terdapat sebuah taman yang sangat gaib yakni Taman Rengganis, tidak semua pendaki dapat melihat taman ini. Beberapa pendaki yang pernah melihat taman ini merasa memasuki sebuah taman yang sangat inidah penuh dengan tanaman bunga dan buah. Pendaki yang mengambil atau memetik tanaman tidak akan dapat keluar taman ini, ia hanya akan berputar-putar di tempat tersebut. Untuk itu hindari merusak tanaman ataupun memindahkan sesuatu.
Gunung Argopuro adalah salah satu gunung dari Kompleks pegunungan Iyang. Terdapat banyak puncak, beberapa puncaknya mempunyai struktur geologi tua dan sebagian yang lainnya lebih muda. Beberapa puncak gunung dalam kompleks ini diantaranya adalah Gn. Semeru (2.847m), Gn. Jambangan (2.773m), Gn. Cemoro Kandang, Gn. Krincing, Gn. Kukusan, Gn. Malang, Gn. Saing, Gn. Karang Sela, dan Gn. Argopuro. Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.088 m dari permukaan laut. Gunung yang sudah tidak aktif lagi kawahnya ini terletak di Kab. Probolinggo Jawa Timur.
Untuk menuju Bremi dapat ditempuh dari kota Surabaya naik bus jurusan Probolinggo. Dari kota probolinggo naik bus Akas kecil jurusan ke Bremi. Bus ini berangkat dari pool Akas yang berada di terminal lama, samping hotel Bromo Indah. Bus ini berangkat dua kali, pagi jam 06.00 dan siang jam 12.00, sedangkan kembali dari Bremi menuju kota Besuki jam 08.00 dan jam 15.00. Sebelum melakukan pendakian wajib melaporkan diri di kantor polisi sektor Krucil untuk dicatat identitasnya. Di desa Bremi ini sebagian besar penduduknya adalah masyarakat Madura yang kadang tidak mengerti bahasa indonesia sehingga agak sulit berkomunikasi.
Perjalanan dimulai dari Kantor Polisi turun menuju pertigaan menuju arah perkebunan Ayer Dingin. Dengan melewati kebun penduduk yang kebanyakan ditanami jagung dan padi, selanjutnya akan memasuki kawasan perkebunan yang ditanami kopi dan sengon. Jalur semakin menanjak dan mulai memasuki kawasan hutan damar. Setelah berjalan sekitar 2 jam kita akan memasuki batas Hutan Suaka.
Dari batas suaka alam, hutan semakin lebat dan jalur semakin terjal. Pendaki perlu waspada di kawasan ini banyak dihuni babi hutan. Perhatikan semak-semak yang bergerak dan suara khas babi yang sering muncul disekitar jalur pendakian. Bila kita sudah sampai di puncak bukit maka kita akan menemukan persimpangan jalur. Ambil lurus bila ingin terus menuju puncak, namun bila ingin ke Danau Taman Hidup harus berbelok ke kanan.
Danau Taman Hidup adalah lokasi berkemah yang cukup luas. Di sekitar tempat ini kadang muncul babi hutan, kancil dan kijang, terdapat sebuah danau yang luas dan banyak ikannya sehingga dapat dipancing. Pendaki juga dapat mengambil air bersih dari danau ini. Tepian danau ini sangat berbahaya berupa rawa berlumpur, sehingga untuk mengambil air pendaki harus melewati jembatan dermaga kayu. Dari dermaga ini pendaki seringkali mandi berenang ke dalam danau. Namun perlu diperhatikan bila air sangat dingin berbahaya sekali untuk berenang.
Ketika udara cerah bila pendaki berteriak maka sekonyong-konyong kabut akan muncul di atas danau, namun setelah diam kabut akan hilang lagi. Pendaki juga dapat mengelilingi danau untuk memancing ikan. Pada pagi hari kabut tebal menyelimuti danau sehingga berbahaya bila ingin mengambil air, karena dapat terjebak di rawa tepian danau. Untuk itu persiapkan air jauh sebelumnya ketika cuaca cerah.
Meninggalkan Danau Taman Hidup pendaki harus berjalan ke arah semula menuju persimpangan dan belok ke kanan ke arah puncak. Jalur agak landai namun suasana hutan semakin lebat. Setelah berjalan sekitar 30 menit kita akan berjumpa dengan sungai kecil yang kering. Jalur selanjutnya semakin menanjak, di pagi hari di sepanjang jalur dapat kita temukan jejak babi hutan, bahkan jejak kaki macan yang masih baru.
Selanjutnya kita akan memasuki kawasan hutan yang semakin gelap dan lembab, begitu dekatnya jarak antara pohon sehingga sulit bagi sinar matahari untuk menembusnya. Kawasan ini di sebut Hutan Lumut karena semua pohon di areal ini ditutupi oleh lumut. Kesan angker dan menyeramkan sangat terasa ketika melewati daerah ini. Jejak kancil, menjangan, babi hutan dan macan dapat ditemukan di sepanjang jalur ini.
Sekitar 1 jam melintasi hutan lumut kita memasuki hutan yang jarak pohonnya tidak terlalu rapat, sehingga kelihatan agak terang. Tumbuhan herbal dan rumputpun tumbuh subur. Jalur ini menyusuri lereng bukit dengan sisi kiri berupa jurang. Rumput yang tumbuh kadang begitu tingginya, sehingga menutupi jalur. Sesekali terdengar kicauan aneka jenis burung
30 menit selanjutnya kita akan tiba di lereng yang banyak batu-batu besar. Disini banyak terdapat pohon tumbang sisa kebakaran hutan. Kita harus melintasi 3 buah sungai kering dengan cara turun jurang dan naik lagi ke atas bukit. Bukit-bukit di depan kita banyak di tumbuhi rumput dengan pohon yang agak jarang. Sesekali terlihat kancil atau menjangan berlari-larian, sementara belasan lutung-lutung bergantungan di atas pohon.
Sekitar 1 jam berikutnya kita sudah berada di lereng bukit yang banyak ditumbuhi rumput-rumput tinggi. Rumput-rumput ini seringkali menutupi jalur sehingga sangat menggangu. Di antara rerumputan Edelweis mulai tumbuh, pohon-pohon besar sisa kebakaran masih bertahan hidup dengan menumbuhkan daun-daun hijau yang baru.
Dengan menempuh waktu sekitar 30 menit melintasi rerumputan yang mengelilingi bukit kita akan tiba di sebuah sungai kecil yang airnya mengalir lancar. Pendaki dapat mendirikan tenda di daerah Kali putih ini.
Berikutnya kita akan melintasi hutan cemara yang banyak ditumbuhi rumput-rumput yang tinggi, 1 jam selanjutnya akan tiba di padang rumput gimbal, rumput di sini berbentuk keriting dan tumbuh secara bergerombol. Perjalanan memutar mengelilingi puncak gunung dengan menyusuri padang rumput gimbal. Selanjutnya akan sampai di Sicentor.
Sicentor adalah tempat pertemuan jalur baderan dan bremi yang bersatu menuju puncak. Di tempat ini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Di Sicentor terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin.
Dari Sicentor perjalanan mendaki bukit melintasi padang rumput dan padang edelweiss, sekitar 1 jam perjalanan akan berjumpa dengan sungai yang kering. Setelah menyeberangi dua buah sungai kering kembali melintasi padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. 1 jam berikutnya akan tiba di Rawa Embik.
Untuk menuju puncak belok ke kiri, namun bila ingin beristirahat dapat mendirikan tenda di Rawa Embik. Di tempat ini terdapat sungai kecil yang selalu berair di musim kemarau. Rawa Embik berupa lapangan terbuka sehingga bila angin bertiup kencang tenda dapat bergoyang-goyang dengan keras.
Dari Rawa Embik kembali berbelok kearah kiri melintasi padang rumput, untuk menuju ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng terjal yang berdebu dan banyak pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup kencang pohon-pohon sisa kebakaran ini rawan tumbang sehingga harus berhati-hati. Tanah gembur berdebu juga rawan longsor harus berhati-hati melintasinya.
Selanjutnya sedikit turun kita akan melintasi sebuah sungai yang kering dan berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kita akan berjumpa dengan padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. Di depan kita nampak puncak Rengganis yang berwarna keputihan, terdiri dari batu kapur dan belerang.
Puncak gunung Argopuro adalah bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih sangat terasa. Puncak ini berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola di sini banyak terdapat batu-batu berserakan. Ke atas lagi selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi. Selanjutnya kita akan melintasi bekas kawah yang banyak terdapat batu-batu kapur berwarna putih dan bau belerang. Pada puncak tertinggi terdapat susunan batu yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.
JALUR BREMI
SURABAYA - PROBOLINGGO Bus jurusan Banyuwangi / Bondowoso / Jember 4 jam
PROBOLINGGO - BREMI Bus Kecil 1,5 jam
Bremi - kebun penduduk
Kebun Penduduk - Perkebunan Ayer Kawasan perkebunan yang ditanami kopi dan sengon
Perkebunan Ayer - Batas Suaka Cagar Alam Jalur semakin menanjak dan mulai memasuki kawasan hutan damar 1 jam
Batas Suaka Cagar Alam - Danau Taman Hidup Jalur menanjak, memasuki kawasan hutan yang lebat yang banyak dihuni babi hutan dan lutung. 2 jam
Danau Taman Hidup Tempat berkemah yang sangat luas, terdapat danau yang sangat indah dan luas, banyak ikannya dan dapat dipancing.
Danau Taman Hidup - Hutan Lumut Memasuki kawasan hutan lebat menyusuri punggungan gunung, Hutan Lumut sangat gelap banyak pohon besar yang rapat, udara lembab semua pohon tertutup lumut. Hati-hati babi hutan dan macan. 2 jam
Hutan Lumut - Kali putih Meninggalkan hutan lumut pohon-pohon sudah tidak terlalu rapat, menuruni tiga buah sungai yang kering. Bukit yang agak terbuka dihuni kancil dan menjangan. Di atas pohon banyak terdapat lutung. 2 jam
Kali Putih Tempat berkemah, terdapat sungai yang airnya jernih meskipun di musim kemarau.
Kali Putih - Sicentor Kawasan Padang Rumput Gimbal 2 jam
Sicentor Tempat berkemah, terdapat sungai yang airnya berlimpah, pertemuan jalur Baderan, Bremi, dan Puncak
Sicentor - Rawa Embik Melewati padang rumput, padang edelweis, sungai kering, padang rumput 2 jam
Rawa Embik tempat berkemah dan terdapat sungai kecil
Rawa Embik - puncak Rengganis Melintasi padang rumput dan lereng gunung yang rawan longsor dan pohon tumbang. 2 jam
Puncak Rengganis Bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih terasa. Puncak berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola, ke atas selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi.
GUNUNG ARGOPURO JALUR BADERAN
Akhir September 2003 Steve melakukan pendakian Gunung Argopuro seorang diri. Gunung Argopuro terkenal sangat angker, gunung ini menyimpan misteri legenda Dewi Rengganis yang hilang bersama enam dayangnya. Konon, Sang Dewi bakal marah besar kalau merasa terusik ketenangannya. Pendaki yang suka usil dan mengusik, kalau tidak kesurupan bisa jadi akan kesasar tidak karuan.
Konon terdapat sebuah taman yang sangat gaib yakni Taman Rengganis, tidak semua pendaki dapat melihat taman ini. Beberapa pendaki yang pernah melihat taman ini merasa memasuki sebuah taman yang sangat inidah penuh dengan tanaman bunga dan buah. Pendaki yang mengambil atau memetik tanaman tidak akan dapat keluar taman ini, ia hanya akan berputar-putar di tempat tersebut. Untuk itu hindari merusak tanaman ataupun memindahkan sesuatu.
Gunung Argopuro memiliki banyak puncak, beberapa puncaknya mempunyai struktur geologi tua dan sebagian yang lainnya lebih muda. Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.088 m dari permukaan laut. Gunung yang terletak diantara dua pegunungan raksasa yaitu Gn. Semeru dan Gn. Raung ini dapat kita lihat dari puncak gunung raung ataupun dari puncak Gn. semeru. Gunung yang sudah tidak aktif lagi kawahnya ini terletak di Kab. Probolinggo Jawa Timur.
untuk menuju ke desa baderan dapat menggunakan angkutan lokal (dari besuki) yang menuju desa ini yang jadwalnya dua atau tiga kali sehari tergantung penumpang. Di desa baderan juga menyediakan sarana penginapan yang harganya relatif murah bila dibandingkan dengan harga di kota besar.
Pendakian menuju puncak argopuro ini tidak seramai gunung-gunung lain di jawa timur, Pendaki wajib melaporkan diri Kantor Polisi Sektor Sumber Malang yang berada sekitar 1 km dari Baderan, atau pada kantor Perhutani yang berada tepat di pertigaan jalan Desa Baderan. Pendaki yang akan mendaki ke gunung ini disarankan untuk mengerti betul teknik dan medan yang akan dilalui karena tanggung jawab keselamatan apabila terjadi musibah di gunung ini adalah menjadi milik pendaki sendiri sehingga persiapan dan kekompakkan sangat diperlukan.
Jalur yang dilalui selama perjalanan memang sudah cukup jelas tetapi harus melingkar dan naik turun beberapa bukit, waktu pendakian menuju puncak akan lebih lama. Oleh karena itu pendaki disarankan untuk memperhitungkan persediaan logistik minimal untuk keperluan 3 hari. Persediaan air bersih di gunung Argopuro ini sangat berlimpah, meskipun di musim kemarau. Mata air dapat ditemukan mulai dari kaki gunung hingga hampir puncak gunung. Pada musim hujan banyak sekali sungai-sungai kecil yang biasa kering di musim kemarau akan terisi air. Pacet atau Lintah pada musim kemarau tidak ada namun bila di musim hujan akan muncul banyak sekali. Pada waktu dan cuaca yang normal pendakian menuju puncak akan membutuhkan waktu sekitar 10 - 12 jam.
Perjalanan akan dimulai dari desa Baderan, kendaraan angkutan desa berhenti di pertigaan ini, terdapat kantor Perhutani. Dari pertigaan ini kita berjalan menuruni jalan aspal sekitar 200 meter, kemudian berbelok ke kiri menapaki jalan yang diperkeras dengan batu. Sekitar 1 km kita akan berjumpa dengan sumber air desa, kita masih terus berjalan sekitar 1,5 km lagi menapaki jalan berbatu yang menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi dengan tanaman jagung dan tembakau.
Selanjutnya perjalanan mulai memasuki kawasan hutan yang banyak dihuni babi hutan, lutung dan aneka burung. Setelah berjalan sekitar 3 jam kita sampai di Km 4,2 dimana terdapat mata air yang sangat jernih. Di tempat ini juga terdapat tempat terbuka yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda. Tempat ini berada di punggung bukit sehingga bila ada angin kencang akan terganggu.
Masih menyusuri hutan yang semakin lebat dan gelap, jalur menyurusi punggung dan lereng jurang yang sangat dalam. Di km 7 kita akan berjumpa dengan sungai yang kadang kering, bila hujan sungai ini akan terisi oleh air, mendaki bukit yang di tumbuhi pohon cemara, selanjutnya di km 8 menapaki padang rumput. Jalur selanjutnya di dominasi oleh padang rumput yang pemandangannya sangat indah.
Setelah berjalan sekitar 5 jam kita akan sampai di km 15 di Cikasur, di sini terdapat sebuah lapangan datar yang sangat luas. Dahulunya pada jaman Belanda akan dibangun sebuah lapangan terbang. Masih terdapat sisa-sisa pondasi landasan, dan sisa-sisa bangunan yang sering dipakai untuk mendirikan tenda.
Konon pendaki yang menginap di tempat ini sering mendengarkan jeritan-jeritan kesakitan para pekerja paksa yang disiksa dan dikuburkan secara masal dalam parit-parit yang mereka gali sendiri. Konon juga ada kebun bunga Tulip yang ditanam oleh tentara Belanda dan roh tentara tersebut masih menjaganya, pendaki yang pernah menemukan kebun ini dan memetik bunganya akan di kejar-kejar oleh hantu tentara Belanda tersebut.
Terdapat sungai yang sangat jernih, yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau. Membuat ingin minum sepuas-puasnya dan ingin mandi menceburkan diri. Di Cikasur ini juga terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari angin dan hujan. Namun sayang kecerobohan pendaki dengan membuat api di dalam bangunan ini telah merusakkan lantai bangunan yang terbuat dari kayu.
Dari Cikasur kembali menapaki padang rumput gimbal, yakni rumput yang daun - daunnya keriting. Perjalanan di siang hari akan terasa sangat panas dan melelahkan, namun bila kita menikmati pemandangan padang rumput yang indah ini kita akan lupa semua penderitaan selama perjalanan. Di kawasan padang rumput ini rawan kebakaran sehingga harus hati-hati bila membuat api unggun.
Setelah berjalan sekitar 2 jam melewati beberapa padang rumput kita akan mendaki dua bukit yang banyak terdapat pohon-pohon sisa kebakaran hutan. Di tempat ini edelweis banyak tumbuh dan bunganya mulai bermekaran. Tempat ini pun rawan kebakaran, dan angin seringkali bertiup sangat kencang. Pohon-pohon sisa kebakaran sangat rawan tumbang, sehingga perlu hati-hati melewati jalur ini bila angin bertiup kencang.
Setibanya dipuncak bukit kita akan menyusuri lereng gunung yang berada di sisi jurang yang sangat dalam. Di sepanjang jalur ini hutan sangat lebat dan masih banyak terdapat binatang-binatang, seperti lutung dan aneka burung. Jalur ini sangat berbahaya karena rawan longsor dan pohon-pohon mudah tumbang, sementera di sisi kita jurang yang sangat dalam.
Selanjutnya kita akan tiba di ujung bukit, menuruni bukit yang sangat terjal dan menyeberangi sungai yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau. Kita telah sampai di Sicentor yakni pertigaan tempat pertemuan jalur baderan dan bremi yang bersatu menuju puncak. Di tempat ini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Di Sicentor terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin.
Dari Sicentor perjalanan mendaki bukit melintasi padang rumput dan padang edelweiss, sekitar 1 jam perjalanan akan berjumpa dengan sungai yang kering. Setelah menyeberangi dua buah sungai kering kembali melintasi padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. 1 jam berikutnya akan tiba di Rawa Embik.
Untuk menuju puncak belok ke kiri, namun bila ingin beristirahat dapat mendirikan tenda di Rawa Embik. Di tempat ini terdapat sungai kecil yang selalu berair di musim kemarau. Rawa Embik berupa lapangan terbuka sehingga bila angin bertiup kencang tenda dapat bergoyang-goyang dengan keras.
Dari Rawa Embik kembali berbelok kearah kiri melintasi padang rumput, untuk menuju ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng terjal yang berdebu dan banyak pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup kencang pohon-pohon sisa kebakaran ini rawan tumbang sehingga harus berhati-hati. Tanah gembur berdebu juga rawan longsor harus berhati-hati melintasinya.
Selanjutnya sedikit turun kita akan melintasi sebuah sungai yang kering dan berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kita akan berjumpa dengan padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. Di depan kita nampak puncak Rengganis yang berwarna keputihan, terdiri dari batu kapur dan belerang.
Puncak gunung Argopuro adalah bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih sangat terasa. Puncak ini berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola di sini banyak terdapat batu-batu berserakan. Ke atas lagi selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi. Selanjutnya kita akan melintasi bekas kawah yang banyak terdapat batu-batu kapur berwarna putih dan bau belerang. Pada puncaknya terdapat sisa-sisa bangunan kuno candi tertinggi di jawa yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.
JALUR BADERAN
Surabaya - Besuki Bus jurusan Banyuwangi / Bondowoso 4 jam
Besuki - Baderan Mobil angkutan desa 1,5 jam
Baderan - KM 2 Jalan berbatu terdapat sumber air desa di Km 1,1 menyusuri Kebun tembakau dan jagung 1,5 jam
KM 2 - Km 4,2 Memasuki kawasan hutan yang pohonnya jarang Km 4,2 Tempat berkemah dan terdapat Mata air 1 2,5 jam
Km 4,2 - Km 8 Kawasan hutan lebat menyurusi jurang yang sangat dalam Km 7 ada sungai kering 3 jam
Km 8 - Km 16 Kawasan Padang Rumput Gimbal kadang memasuki hutan 2 jam
Cikasur Terdapat sungai jernih dan lapangan luas bekas landasan pesawat jaman Belanda Tempat berkemah
Km 16 - Km 18 Kawasan padang rumput 1,5 jam
Km 18 - Km 20 Kawasan hutan sisa kebakaran dan padang edelweis 1 jam
Km 20 - Sicentor Kawasan hutan lebat menyusuri tepian jurang dalam 30 menit
Sicentor Tempat berkemah, terdapat sungai yang airnya berlimpah, pertemuan jalur Baderan, Bremi, dan Puncak
Sicentor - Rawa Embik Melewati padang rumput, padang edelweis, sungai kering, padang rumput 2 jam
Rawa Embik tempat berkemah dan terdapat sungai kecil
Rawa Embik - puncak Rengganis Melintasi padang rumput dan lereng gunung yang rawan longsor dan pohon tumbang. 2 jam
Puncak Rengganis Bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih terasa. Puncak berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola, ke atas selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi.
LEMBAH CIKASUR
Ladang Pembantaian dan Pasar Setan
Bekas landasan pesawat terbang di atas gunung Argopuro itu kini merana dan menimbulkan banyak korban bagi para pendaki. Sejarah pembangunannya banyak memakan korban para pekerja paksa yang dibantai oleh serdadu Belanda. Apakah arwah mereka gentayangan dan menuntut balas?
Gunung Argopuro dengan ketinggian 3088 mdpl yang terkenal dengan puncak Rengganisnya ini memiliki jalur pendakian yang cukup menantang. Oleh sebab itu banyak kalangan yang menyebutkan bahwa medan pendakian di gunung ini terkenal ganas. Hingga banyak korban berjatuhan saat melakukan pendakian. Pada hari biasa tidak banyak warga sekitar kaki gunung yang melintas di jalur pendakian itu, jalur ini baru ramai ketika musim jamur tiba. Penduduk di kaki gunung biasa mencari jamur yang digunakan sebagai makanan tambahan.
Bagi mereka yang merasa tertantang untuk mendaki, jika ingin mencapai Puncak Rengganis dapat lewat dua jalur. Jalur pertama lewat Desa Bremi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Propolinggi. Jalur ke dua lewat Baderan, Kecamatan Sumber Malang, Kabupaten Besuki. Kedua jalur ini memiliki medan yang sama berat dan ganas, dengan jalan menanjak, berliku dan licin. Sebelum mencapai puncak terdapat sebuah lembah yang cukup luas dan memancarkan suasana aneh, itulah bekas landasan pesawat terbang peninggalan Belanda.
Lembah di gunung Argopuro ini sejauh mata memandang hanya berupa hamparan ilalang dan pepohonan hutan, dengan cuaca dingin dan berkabut setiap hari. Sinar matahari tak mampu menembusnya hingga siang haripun terasa senja. Itu sekilas gambaran tentang Lembah Cikasur ladang pembantaian (The killing field). Sebab di sekitar landasan pesawat yang dikerjakan dengan rodi itu, terkubur ratusan atau bahkan ribuan rakyat yang dibantai tentara kolonial Belanda.
Bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bekas landasan pesawat hanyalah sebuah mesin jenset bekas yang berada di salah satu sudut bekas landasan itu tersembunyi di antara semak belukar. Di badan jenset tampak tulisan 1912, mungkin itu adalah satu-satunya petunjuk masa yang ada. Bukti lain yang masih ada yakni sebuah menara pengawas yang sudah roboh. Sementara tak satupun bekas bangunan tampak disana. Sekarang kondisi bekas landasan pesawat itu hanya berupa lapangan terbuka yang dipenuhi ilalang setinggi orang dewasa.
Reymond (38), pengajar sejarah dan geografi sebuah SMU di Kraksaan yang juga Ketua SAR Jatim di Probolinggo, ketika ditemui mengatakan landasan pesawat buatan jaman Kolonial Belanda itu dikerjakan pertama kali oleh beberapa orang saja dengan upah yang cukup lumayan. Kemudian para pekerja itu dipaksa untuk memberikan propaganda kepada penduduk desa lainnya untuk ikut dalam pembuatan landasan pesawat tersebut. Akhirnya semua orang baik laki-laki, wanita, tua dan muda berduyun-duyun mendaftarkan diri bergabung.
Setelah pembangunan selesai, ternyata para pekerja itu tidak dibayar dan tidak boleh meninggalkan tempat. Dengan perlakuan kasar dan berbagai macam siksaan mereka dipaksa untuk membuat galian yang panjang untuk saluran air. Di sinilah tragedi mengerikan itu terjadi, saat galian tanah selesai dikerjakan tiba-tiba beberapa truk terbuka yang sarat dengan serdadu Belanda bersenjata lengkap mendekat. Para serdadu itu langsung memberondong peluru ke arah pekerja paksa secara membabi buta, “ternyata galian itu sengaja dibuat untuk membunuh serta mengubur para pekerja itu sendiri, hal ini dilakukan mungkin agar tempat itu tidak dibocorkan kepada para pejuang.
Dalam catatan sejarah landasan pesawat ini juga sempat dikuasai tentara Jepang. Namun menjelang kemerdekaan TNI juga sempat menguasainya. Mungkin karena tempatnya di pegunungan yang terpencil, akhirnya landasan pesawat itupun ditinggalkan begitu saja.
Sudah puluhan tahun landasan pesawat itu tidak dijamah orang, bahkan sudah dilupakan. Menurut beberapa penduduk desa terdekat yang sempat ditemui, sekarang bekas landasan itu sudah menjadi tempat yang angker. Hal ini selalu diingatkan penduduk kepada semua pendaki gunung agar tidak melintas atau berkemah di tempat itu. Sepintas tempat itu memang cocok digunakan untuk berkemah, tetapi bila nekad melakukannya disertai tindakan sembrono maka bersiaplah untuk menerima akibatnya.
Seperti pengalaman Nanang Kosim (17) anggota Krapala SMU Krasakan Probolinggo saat melakukan pendakian ke Puncak Rengganis. Sesampai di bekas landasan pesawat itu, Nanang memetik setangkai bunga Tulip tinggalan serdadu Belanda yang sedang mekar. Setelah itu ada perasaan takut selalu mencekam hatinya. Setiap melanjutkan pendakian dia merasakan ada langkah orang yang selalu mengikutinya, ketika ditoleh tak seorangpun berada di belakangnya, begitu seterusnya. Merasakan keadaan demikian, tiba-tiba dia berteriak histeris seperti kesurupan sesuatu. Untung teman-temannya langsung memberikan bantuan dan rencana pendakian Puncak Rengganis dibatalkan.
Kejadian lain yang sering terjadi dan sudah dianggap biasa oleh warga setempat yakni munculnya suara-suara aneh di malam bulan purnama. Suara itu terdengar sayup-sayup dari arah bekas landasan pesawat, seperti aba-aba baris-berbaris dalam bahasa jawa, ji.., ro.., lu.. bila sudah demikian dari kejauhan akan tampak bayangan orang berbaris menuju ke tengah landasan, tetapi hanya tubuh bagian dada atas saja yang kelihatan. Kadang terdengar juga suara isak tangis yang menyayat dari bekas landasan tersebut. Anehnya suara dan bayangan itu akan hilang jika diteriaki.
Beberapa pencari jamur yang sempat melintas menuturkan, kejadian aneh itu disebabkan arwah dari para pekerja yang dibantai serdadu Belanda itu tidak tenang di Alamnya. Tidak itu saja, siang haripun juga banyak terjadi kejadian aneh antara lain adanya “Pasar Setan” juga dapat ditemui di Gn.Argopuro. Julukan yang diberikan warga setempat tidaklah berlebihan, karena pada siang hari terdengar suara berisik layaknya sebuah pasar. Tepatnya di antara Cikarus menuju Cisentor dan Rawa Embek, sebuah tempat mendekati puncak Rengganis. Anehnya bila didekati suara pasar itu akan menghilang, juga tidak akan pernah ditemukan adanya pasar disitu.
Bagi pendaki yang belum pernah melewati tempat rawan ini akan terkecoh dan tersesat. Dua mahasiswa pernah hilang menurut warga setempat karena terpisah dengan rombongannya saat melewati daerah ini, terbukti Tim SAR menemukan tanda-tanda khusus hilangnya mereka di jalur setan itu.
Seperti pengalaman Heri Slamet (25) seorang pendaki yang sempat ditemui di lokasi menuturkan, pernah beberapa waktu yang lalu hampir saja tersesat dan hilang ketika mencoba mencari asal suara dari pasar setan itu. “Terus terang mas, memang saya penasaran dimana sebenarnya letak pasar setan itu. Ternyata ketika berjalan mencarinya malah salah arah dan hampir saja hilang bersama seorang teman pendakian, untung waktu itu segera sadar ketika tahu kalau saya bereda di deretan paling belakang dari rombongan,” ujarnya.
Peringatan kepada para pendaki yang berencana melakukan pendakian di Gunung Argopuro, taati setiap peringatan dari warga setempat jika tidak ingin tersesat dan hilang. Sumber Wahana Mistis Nopember 2001
Eskerrik asko informasinya.
Salam sukses for KAPA 85 UNIGA MALANG.
terlalu banyak diceritakan berlebihan, naik gunung jadi seperti mau berkemah di rumah hantu atau kuburan angker. ini mau kasih pencerahan apa menakutnakuti orang supaya gak naik gunung.
yang terpenting adalah sikap dan niat kita yang bersih dan tulus dalam mendaki gunung, jangan sembarangan, pinter-pinter bawa diri, jangan buang sampah(bawa turun semua sampahmu), siapkan fisik, mental, peralatan, logistik, rencana dan keuangan dengan baik.
sikasur adalah bekas peternakan rusa, kalo pernah ke sikasur pasti pernah melihat patok kayu yang ditanam dengan ketinggian sekitar 0.5 meter dengan diameter kayu sekitas 10-15cm dan pada ujung atasnya berbentuk seperti mangkuk.. ini adalah tempat untuk untuk menaruh garam dan mineral bagi rusa ternakan.
jalur baderan-sikasur merupakan jalur yang cukup lebar dari dulu, dilalui dengan berkuda dari besuki hingga ke sikasur.
yang buat airstrip memang belanda, tapi tak pernah ada pesawat yang mendarat disitu.
airstrip dibangun oleh warga wringin, bondowoso atas perintah belanda dengan gaji yang cukup besar dalam ukuran waktu itu karena mereka yang bekerja harus tinggal di sikasur.
ketika jepang datang, airstrip dan fasilitasnya sudah hampir selesai, tapi terpaksa ditinggal karena jepang datang. tidak pernah ada lebih dari 10 tentara belanda dalam sekali waktu yang berada di lokasi airstrip.
jepang mengirim sekitar 40 orang tentara untuk berjaga di lokasi airstrip sikasur, setelah pesawat pengintai mereka melihat airstrip ini ketika sedang berpatroli disekitar jember. mereka inilah yang menghabiskan rusa ternakan yang ada di sikasur. tentara jepang selalu ketakutan ketika bertemu warga sumbermalang situbondo atau wringin bondowoso yang sering mencari bahan jamu atau ke puncak cemara tujuh dan puncak rengganis untuk melakukan upacara, hingga saat inipun masih dilakukan oleh warga taman kursi atau baderan saat akan tanam atau setelah panen, karena itu tentara jepang selalu menghindari warga.
karena ketakutan pula, tentara jepang membuat barikade parit dan gundukan pada airstrip agar tak ada pesawat yang mendarat di airstrip itu. ketika jepang menyerah, airstrip itu ditinggalkan begitu saja.
pada saat agresi militer Belanda yang mereka sebut aksi polisionil, para pejuang kemerdekaan dari sekitar residen Besuki merusak semua fasilitas yang ada di airstrip agar tidak dapat digunakan oleh belanda, loji dan vila peristirahatan sikasur, bahkan semua besi atap vila dan loji dipreteli dan dibawa turun.
pada dasarnya ke gunung harus dimulai dengan niat yang tulus dari berangkat, apa yang dibawa ke gunung dengan bungkusnya harus dibawa lagi semua bungkusnya setelah isinya dikosongkan, bertemu satwa asli di habitatnya adalah bonus ketika kita naik gunung, melihat pemandangan yang agung yang kita temui dalam perjalanan adalah hadiah dari niat kita, tidak semua orang mau meninggalkan tempat nyamannya untuk naik gunung, hanya personal terpilih yang jujur dan berhati tulus yang mampu menikmati alam gunung dengan semua suka dan dukanya.
nb: ajak warga sebagai pendamping, di baderan ada pak wawan, pak pat, pak ning, armawi, zaky dan banyak lagi yang lain tau betul argopuro. mampir ke rumah pak haji sukirman atau bapak Joko sekedar ngobrol. jangan lupa ke lapor ke pos bksda biar aman dan ada ijin jelas.
logika ajalah, gimana mau mbantai orang dengan nembak dari truk kalo gak pernah ada truk yang bisa sampe sana??????, kalo dari bremi memang iya dulu ada jalan hingga ke dekat danau taman hidup, bahkan di peta AMS tahun 1944 pun masih tergambar jalan itu. kalo punya waktu coba ubek2 KIT LV di Leiden, disitu ada satu foto jip dengan keterangan lokasi taman hidup.
yang pasti hingga saat ini puncak rengganis dan sikasur jadi rebutan wilayah oleh pemkab probolinggo dan pemkab situbondo.
Post a Comment