Tuesday, April 24, 2007

GUNUNG SUNDORO

Nama Kawah : Segoro Wedi dan Segoro Banjaran Type : Strato Letak : Kab. Wonosobo - Jawa Tengah Tinggi : Segoro Banjaran (3135,5 mdpl) Posisi Geografi : 7 0 - 18 0 LS dan 109 0 - 591/2 0 BT
Biaya Ekspedisi
Rincian perjalanan dari Wonosobo - Kledung Rp 2.000,- Tiket Pendakian + Asuransi Rp 1.000 Waktu pendakian : 9 jam
Jalur Alternatif Pendakian
Desa Sigedang, Pekebunan Tambi dan Perkebunan teh Bedakah
Pandangan Umum

Tidak jauh berbeda dengan gunung Sumbing baik dari letak geografis ataupun vegetasinya. Gunung Sundoro inipun telah mengalami eksploitasi yang mengkhawatirkan, karena bayangan orang tentang gunung yang hijau dan hutan rimba yang alami telah berubah. Hanya ladang tembakau dan semak-semak saja yang terdapat di sepanjang perjalanan, hanya sebagian kecil perjalanan menuju puncak saja yang masih terlindungi oleh pohon-pohon besar. Selain itu hanya semak dan ladang pertanian. Padahal kalau dilihat sekilas bentuk gunung ini sangat ideal untuk sebuah gunung yang menjadi tujuan pendakian karena bentuknya yang sangat mengerucut. Perjalanan para pendaki dimulai dari kota Wonosobo atau Parakan selanjutnya menuju ke beberapa titik pendakian yang terdapat di beberapa tempat diantaranya adalah :
1. Jalur Kledung (Punggung Selatan)
2. Jalur Sigedang (Perkebunan Tambi) (Punggung Utara)
3. Bedakah (Punggung Barat)
Dari ketiga jalur pendakian tersebut jalur dari Desa Kledung merupakan jalur yang umum dilalui oleh para pendaki karena jalur kledung ini telah memiliki sarana pendakian yang paling lengkap diantaranya adalah pos pengawasan dan informasi dan juga jalur perjalanannya sudah sangat jelas baik itu rambu ataupun jejak sepatu para pendaki. Pendakian melalui jalur Kledung ini sangat aman baik dari segi jalur ataupun medannya, hanya saja eksploitasi hutan gunung yang telah melampaui batas menyebabkan perjalanan dengan menggunakan jalur Kledung ini sangat menguras tenaga dan keringat karena panasnya ladang pertanian dan tidak adanya pohon untuk berteduh. Oleh karena itu banyak para pendaki telah mulai merubah jadwal pendakian dengan menggunakan jalur ini. Maksudnya pendaki lebih memilih mendaki pada malam hari daripada siang hari tujuannya adalah untuk menghemat air dan perbekalan meskipun dengan resiko dinginnya cuaca gunung Sundoro pada malam hari yang terkenal cukup ganas selain Gunung Lawu di Tawang Mangu � Solo. Perjalanan menuju puncak Sundoro ini memang akan lebih menarik jika dilakukan pada malam hari karena selain pemandangan kota Wonosobo dan Parakan pendaki tidak akan merasakan lelahnya perjalanan hanya dinginnya saja yang menusuk tulang. Dinginnya cuaca gunung ini sangat terasa bahkan bagi penulis pun tidak mudah untuk melawan hawa dingin yang menusuk tulang, dan hanya peralatan yang penting seperti kaus tangan, kaki dan tutup kepala yang sangat membantu menghilangkan hawa dingin Sundoro. Penulis mencatat sewaktu ekspedisi ke Sundoro ini dalam suhu 6 derajat celcius, dan pada suhu ini dapat membuat ingatan pendaki sedikit terganggu, sehingga para pendaki disarankan berisitirahat atau membuat minuman hangat untuk menjaga suhu tubuh ketika berhadapan dengan suhu yang dimaksud. Perjalanan awal dari Pos I menuju pos II hanya merupakan ladang pertanian dan setelah Pos II barulah pendaki mulai melewati semak-semak kecil meskipun masih ada ladang pertanian yang sesekali ditemui. Setelah mencapai Pos II barulah perjalanan sebenarnya dimulai karena dari Pos II menuju Pos III akan memakan waktu yang lama dan dengan sudut pendakian yang tinggi menyebabkan daya tahan pendaki akan banyak berkurang dan tidak sedikit pendaki yang terpaksa (nge-camp) atau berisitrahat dan mendirikan tenda di daerah ini untuk menjaga kondisi. Setelah Pos III dilalui pendaki akan mulai merasakan bekas-bekas hutan raya Sundoro yang dahulu sangat rimbun dan alami. Tapi pada perjalanan malam di daerah Pos III menuju puncak merupakan titik yang rawan karena selain tidak ditemukan mata air angin yang bertiup sangat kencang dan dinginnya cuaca bisa mencapai 3 derajat. Oleh karena itu perlengkapan cuaca yang digunakan pada pendakian malam harus sangat diperhatikan untuk mencegah turunnya suhu tubuh (hipotermia). Perjalanan DI hutan sundoro akan berakhir dan berganti dengan perjalanan di Taman Edelweiss yang merupakan jalur terindah dalam perjalanan menuju Puncak Sundoro. Setelah melewati jalur taman ini maka pendaki akan mencapai Puncak Sundoro tepat di depan Segoro Banjaran. Dan di bawah kawah akan ditemui mata air endapan dari hujan dan banyak dari pendaki menggunakannya untuk minum. Di puncak sundoro juga ada dua tempat yang satu bernama segoro banjaran dan yang satunya bernama segoro wedi entah dari asalnya tapi yang jelas memang di puncak sundoro merupakan puncak yang unik karena terdapat hamparan pasir (wedi) yang cukup luas bahkan sangat baik untuk acara-acara permainan seperti bermain bola dan sebagainya. Dari puncak Kledung ini pendaki dapat berjalan mengitari puncak dan menuju lapangan upacara (alun-alun) yang terdapat di puncak utara gunung ini. Alun-alun inilah yang menjadi kahir pendakian dari jalur Sigedang (perkebunan tambi). Bila pendaki ingin turun dengan menggunakan jalur sigedang ini maka pendaki dapat memulainya tepat di mulut punggung utara atau sekitar lapangan upacara. Pemandangan puncak Sundoro menurut penulis merupakan pemandangan puncak terbaik dari gunung-gunung lain yang terdapat di Pulau Jawa karena selain lokasinya yang sangat strategis untuk memandang ke sekeliling juga karena seluruh puncak yang terdapat di Jawa Tengah :
o Slamet (3428 M)
o Sumbing (3371 M)
o Lawu (3265 M)
o Merbabu (3142 M)
o dan Merapi (2981 M)
dapat terlihat jelas dari puncak Sundoro ini pada pagi hari sebelum jam 11 karena setelah jam tersebut biasanya kabut akan menutupi pandangan pendaki sehingga harus menunggu kabut hilang. Waktu perjalanan dari Kledung adalah sekitar 7 sampai 10 jam perjalanan tergantung cuaca can fisik pendaki sedangkan dengan menggunakan jalur Sigedang akan lebih cepat yaitu sekitar 6 sampai 8 jam perjalanan, hanya saja medan pendakian sangat berat karena disamping jalan bebatuan jalur sigedang ini sangat curam dan berbahaya bila waktu hujan atau kabut. Dan bila pendaki menggunakan jalur Bedakah maka akan lebih menantang karena jalurnya masih sangat baru dan yang menggunakan jalur ini disarankan adalah para pendaki yang memiliki kemampuan navigasi yang baik karena jalurnya yang relatif baru dan sangat rawan tersesat dan juga rambu petunjuk di jalur ini tidak ada sama sekali dan hanya jalur-jalur bekas penebangan kayu saja.

1 comment:

Anonymous said...

klo qta orang Wonosobo, manggilnya bukan Sundoro, tapi Sindoro.