Thursday, April 26, 2007

SEKILAS TENTANG HUTAN

Hutan adalah suatu wilayah luas yang ditumbuhi pepohonan, termasuk juga tanaman kecil lainnya seperti, lumut, semak belukar, dan bunga liar. Ditambah dengan beberapa jenis burung, serangga, dan binatang lainnya yang menghuni hutan tersebut. Berjuta-juta makhluk hidup yang hanya dapat dilihat dibawah microskop juga menghuni hutan.

Iklim, kesuburan tanah, dan air menentukan jenis-jenis tumbuhan dan binatang yang dapat hidup di dalam hutan tersebut. Mahkluk hidup dengan alam sekitar bersama-sama membentuk ekosistem. Suatu ekosistem terdiri dari mahkluk hidup dan benda mati dalam suatu wilayah tertentu yang saling berhubungan satu sama lain.

Ekosistem hutan adalah sangat kompleks, pohon-pohon dan tanaman hijau lainnya
membutuhkan sinar matahari untuk memproses makanan yang diambil dari udara, air dan mineral dari dalam tanah. Tanaman memberi makan pada beberapa binatang tertentu. Binatang pemakan tumbuhan ini dimakan oleh binatang pemangsa daging. Tanaman dan binatang yang mati diurai oleh bakteri dan organisme lainnya seperti protosoa dan jamur. Proses ini mengembalikan mineral ke dalam tanah, yang dapat digunakan lagi oleh tumbuhan untuk ber-fotosintesis.

Meskipun berbagai mahkluk hidup secara sendiri-sendiri telah mati, hutan itu sendiri tetap hidup. Jika hutan dikelola secara bijaksana dapat menghasilkan kayu dan berbagai hasil hutan lainnya secara kontinyu.

Sebelum orang membuka hutan untuk pertanian dan perkotaan, 60 persen daratan adalah berupa hutan. Namun kini hanya tinggal sekitar 30 persen daratan yang masih tertutup hutan. Hutan di satu tempat berbeda dengan tempat lainnya. Misal hutan di lereng gunung gede berbeda dengan hutan di lereng gunung merbabu.

MANFAAT HUTAN

Hutan sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia jaman dahulu mencari makan dengan cara berburu dan mengumpulkan tanaman liar di hutan. Beberapa orang masih tinggal dan hidup di dalam hutan, menjadi bagian alami dari hutan. Meskipun manusia telah membangun pemukiman pedesaan atau perkotaan tetapi masih sering memasuki hutan untuk berburu atau mencari kayu.

Sekarang ini orang lebih memperhatikan hutan dibanding sebelumnya terutama karena faktor : manfaat ekonomi, manfaat bagi lingkungan, dan manfaat hiburan.

Manfaat ekonomi
Hutan menghasilkan beberapa produk. Kayu gelondongan dapat diolah menjadi kayu, kayu lapis, bantalan kereta api, papan, kertas. Rotan dapat digunakan untuk furniture. Hutan dapat juga menghasilkan minyak dan berbagai produk lainnya, latex dapat digunakan untuk membuat karet, terpentin, berbagai jenis lemak, getah, minyak, dan lilin. Bagi masyarakat pedalaman binatang dan tanaman hutan menjadi sumber makanan pokok mereka.
Tidak seperti sumber alam lainnya misal batubara, minyak, dan tambang mineral, sumber alam yang berasal dari hutan dapat tumbuh kembali, sejauh manusia dapat memperhitungkan pengelolaannya.

Manfaat lingkungan
Hutan membantu konservasi dan memperbaiki lingkungan hidup dalam berbagai bentuk. Misalnya hutan membantu menahan air hujan, sehingga mencegah tanah longsor dan banjir, air hujan diserap menjadi air tanah yang muncul menjadi mata air bersih yang mengalir membentuk sungai, danau, dan untuk air sumur.

Tumbuhan hijau membantu memperbaiki lapisan atmosfir menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan oleh mahkluk hidup dan mengambil karbon dioksida dari udara. Jika tumbuhan hijau tidak menghasilkan oksigen lagi, maka hampir semua kehidupan akan berhenti. Jika karbon dioksida bertambah banyak di atmosfer hal ini dapat merubah iklim di bumi secara drastis.

Hutan menjadi tempat tinggal beberapa jenis tanaman dan binatang tertentu yang tidak bisa hidup di tempat lainnya. Tanpa hutan berbagai tumbuhan dan hewan langka akan musnah.

Manfaat hiburan
Keindahan alam dan kedamaian di dalam hutan dapat menjadi hiburan yang sangat luar biasa dan langka. Mengamati burung atau hewan langka menjadi kegiatan yang sangat menarik. Beberapa hutan dapat dimanfaatkan untuk berkemah, hiking dan berburu. Banyak juga yang hanya menikmati suasana dan bersantai di keheningan yang menyertai keindahan alam.

TIPE HUTAN PEGUNUNGAN

Hutan pegungan dibagi menjadi empat tipe:
1. Hutan dataran rendah pada ketinggian 0 - 1.200m
2. Hutan pegunungan bawah pada ketinggian 1.200 - 1.800m
3. Hutan pegunungan atas pada ketinggian 1.800 - 3.000m
4. Hutan subalpin pada ketinggian di atas 3.000m

SEJARAH PENEBANGAN HUTAN

Pada jaman dahulu hampir seluruh Jawa pernah ditutupi oleh berbagai bentuk hutan dengan tipe yang ditentukan oleh ketinggian, musim , dan jenis tanah. Manusia menghuni Jawa sedikitnya 1 juta tahun yang lalu. Pengaruh terhadap hutan dimulai setelah mereka menemukan alat-alat potong dan api.

Kehilangan sebagian besar hutan alam yang pertama terjadi sekitar tahun 200-400M, setelah kayu jati diperkenalkan. Menurut naskah kuno menjelang tahun 1000 sudah terdapat 1,5 juta ha hutan jati. Sekitar tahun 900 M terdapat jabatan "Tuan Pemburu" yang diyakini pula berkaitan dengan kegiatan kehutanan.

Pada masa candi Hindu-Budha dibangun di Jawa Tengah cukup banyak hutan berharga di dataran aluvial daerah pantai yang ditebang. Gunung-gunung di daki oleh para peziarah hindu dan ada anggapan bahwa klimaks kebakaran hutan cemara gunung Casuaarina junghuhniana yang mengitari hampir seluruh gunung di Jawa Timur, mungkin bermula dari api yang secara tidak sengaja dinyalakan oleh para peziarah berabad-abad yang lalu.

Babad tanah jawa adalah sebuah naskah kuno yang menceritakan pembukaan hutan-hutan di jawa untuk keperluan perluasan pemukiman dan kerajaan.

Selama penjajahan Belanda, memaksa para petani menanam tanaman ekspor (cengkeh , gula, kopi, teh) diantara tanaman pangan yang ditanam di atas tanah milik bersama (umumnya hutan). Hingga pertengahan abad yang lalu dataran tinggi pengalengan di antara Gn.Malabar, Gn.Tilu, Gn.Wayang masih memiliki hutan, sampai pada saat daerah-daerah yang lebih datar dibuka untuk perkebunan kopi dan teh.

Beberapa gunung benar-benar gundul tidak berhutan mulai dari kaki gunung sampai ke puncaknya misalnya Gn.Merbabu, Sumbing, Sindoro.

Antara tahun 1898 dan 1937 telah terjadi kehilangan hutan alam seluas 22.000 km2, terutama untuk pembangunan rel kereta api yang sangat panjang.

JENIS - JENIS HUTAN

Banyak ilmuwan yang mengelompokkan hutan berdasarkan variasi sistem ekologi. Hutan dengan iklim, tanah dan kelembaban yang mirip dikelompokkan menjadi 6 kelompok:
1. tropical rain forests
2. tropical seasonal forest
3. temperate deciduous forest
4. temperate evergreen forest
5. boreal forest
6. savanna

Hutan hujan tropis tumbuh di dekat garis equator, dimana iklim sepanjang tahun hangat dan basah. Sebagian besar hutan ini tumbuh di lembah sungai Amazon, lembah sungai Kongo, dan di wilayah Asia Tenggara.

Dari ke enam kelompok jenis hutan, hutan hujan tropis paling banyak memiliki keragaman pohon, sekitar 100 species bisa tumbuh pada wilayah seluas 2,6 Km2. Sebagian besar pohon berdaun lebar dan selalu hijau sepanjang tahun, terdapat juga pohon palm dan paku-pakuan. Kebanyakan hutan pohonnya membentuk tiga lapisan selubung (canopy). Canopy paling atas dapat mencapai ketinggian 46 meter, tumbuhan yang melebihi canopy di sebut emergent. Tumbuhan understory membentuk lapisan selubung ke dua.

Lapisan semak belukar dan tumbuhan herbal sangat tipis karena sinar matahari terhalang oleh lapisan canopy. Seringkali beberapa tanaman merambat dan menumpang lainnya menempel di cabang-cabang pohon lapisan canopy, sehingga dapat menyerap sinar matahari secara penuh.

Sebagian besar binatang hutan hujan tropis juga hidup pada lapisan canopy, dimana mereka dapat menemukan makanan yang sangat berlimpah. Binatang yang termasuk diantaranya adalah makhluk terbang dan memanjat seperti kelelawar, berbagai jenis burung, serangga, kadal, tikus, monyet, tupai, kungkang dan ular.

Tropical seasonal forest , tumbuh di wilayah tertentu di daerah beriklim tropis dan sub tropis. Wilayah ini memiliki musim panas dan musim hujan bergantian setiap tahunnya, atau iklim yang agak lebih dingin dibanding hutan hujan tropis. Daerah ini meliputi Amerika tengah, Amerika selatan bagian tengah, selatan Afrika, India, timur Cina, Australia utara, dan kepulauan di pasifik termasuk Indonesia.

Hutan musim memiliki banyak keragaman pohon, meskipun tidak sebanyak hutan hujan tropis. Terdapat juga beberapa tanaman rambat dan tumpang. Beberapa pohon berguguran dan tumbuh kembali, terutama di daerah yang memiliki perbedaan yang sangat jelas antara musim panas dan musim hujan

Lapisan canopy bisa mencapai ketinggian 30 meter. Satu lapisan understory tumbuh dibawah canopy. Bambu dan palem memenuhi lapisan semak, dan lapisan tebal tumbuhan herbal menempel di tanah. Binatang yang tinggal menyerupai, mereka yang hidup di hutan hujan tropis.

Hutan luruh iklim sedang tumbuh di sebelah timur Amerika utara, eropa barat dan asia timur. Wilayah ini memiliki musim panas dan musim dingin. Lapisan canopy mencapai ketinggian 30 meter, dua jenis pohon atau lebih mendominasi lapisan canopy, yang berguguran daunnya di musim gugur. Lapisan tengah dan semak mungkin agak tebal. Juga dihuni binatang besar seperti beruang, rusa, dan serigala. Ada juga ratusan binatang menyusui yang lebih kecil dan burung.

Temperate evergreen forests. In some temperate regions, the environment favors the growth of evergreen forests. Such forests grow along coastal areas that have mild winters with heavy rainfall. These areas include the northwest coast of North America, the south coast of Chile, the west coast of New Zealand, and the southeast coast of Australia. Temperate evergreen forests also cover the lower mountain slopes in Asia, Europe, and western North America. In these regions, the cool climate favors the growth of evergreen trees.

The strata and the plant and animal life vary greatly from one temperate evergreen forest to another. For example, the mountainous evergreen forests of Asia, Europe, and North America are made up of conifers. The coastal forests of Australia and New Zealand, on the other hand, consist of broadleaf evergreen trees.

Boreal forests are found in regions that have an extremely cold winter and a short growing season. The word boreal means northern. Vast boreal forests stretch across northern Europe, Asia, and North America. Similar forests also cover the higher mountain slopes on these continents.

Boreal forests, which are also called taiga, have the simplest structure of all forest formations. They have only one uneven layer of trees, which reaches up to about 75 feet (23 meters) high. In most of the boreal forests, the dominant trees are needleleaf evergreens--either spruce and fir or spruce and pine. The shrub layer is spotty. However, mosses and lichens form a thick layer on the forest floor and also grow on the tree trunks and branches. There are few herbs.

Many small mammals, such as beavers, mice, porcupines, and snowshoe hares, live in the boreal forests. Larger mammals include bears, caribou, foxes, moose, and wolves. Birds of the boreal forests include ducks, loons, owls, warblers, and woodpeckers.

Savana adalah suatu daerah yang memiliki pohon dengan jarak luas. Beberapa padang rumput pohon tumbuh dalam satu gerombolan, ada juga yang tumbuh menyendiri. Sebagian besar tanah ditumbuhi oleh semak dan tumbuhan herbal, terutama rumput, sehingga savana disamakan dengan padang rumput. Savana terutama ditemukan diwilayah yang memiliki sedikit curah hujan, tanah yang tidak subur, sering timbul kebakaran, atau hal lain yang menghambat tumbuhnya pohon.
Binatang yang hidup di padang rumput diantaranya,kijang ,banteng, jerapah, singa, macan dan zebra.
The life of the forest

Forests are filled with an incredible variety of plant and animal life. For example, scientists recorded nearly 10,500 kinds of organisms in a deciduous forest in Switzerland. The number of individual plants and animals in a forest is enormous.

All life in the forest is part of a complex ecosystem, which also includes the physical environment. Ecologists study forest life by examining the ways in which the organisms interact with one another and their environment. Such interactions involve (1) the flow of energy through the ecosystem, (2) the cycling of essential chemicals within the ecosystem, and (3) competition and cooperation among the organisms.

The flow of energy. All organisms need energy to stay alive. In forests, as in all other ecosystems, life depends on energy from the sun. However, only the green plants in the forest can use the sun's energy directly. Through a process called photosynthesis, they use sunlight to produce food.

All other forest organisms rely on green plants to capture the energy of sunlight. Green plants are thus the primary producers in the forest. Animals that eat plants are known as primary consumers or herbivores. Animals that eat herbivores are called secondary consumers or predators. Secondary consumers themselves may fall prey to other predators, called tertiary (third) consumers. This series of primary producers and various levels of consumers is known as a food chain.

In a typical forest food chain, tree leaves (primary producers) are eaten by caterpillars (primary consumers). The caterpillars, in turn, are eaten by shrews (secondary consumers), which are then eaten by owls (tertiary consumers). Energy, in the form of food, passes from one level of the food chain to the next. But much energy is lost at each level. Therefore, a forest ecosystem can support, in terms of weight, far more green plants than herbivores and far more herbivores than predators.

The cycling of chemicals. All living things are made up of certain basic chemical elements. The supply of these chemicals is limited, and so they must be recycled for life to continue.

The decomposers of the forest floor play a vital role in chemical recycling. The decomposers include bacteria, earthworms, fungi, some insects, and certain single-celled organisms. Decomposers obtain food by breaking down dead plants and the wastes and dead bodies of animals into their basic chemicals. The elements pass into the soil, where they are absorbed by the roots of growing plants. Without decomposition, the supply of such essential elements as nitrogen, phosphorus, and potassium would soon be exhausted.

Some chemical recycling does not involve decomposers. Green plants, for example, release oxygen during photosynthesis. Animals--and plants as well--need this chemical to oxidize (burn) food and so release energy. In the oxidation process, animals and plants give off carbon dioxide, which the green plants need for photosynthesis. Thus the cycling of oxygen and carbon dioxide works together and maintains a steady supply of the two chemicals.

Competition and cooperation. Every forest animal and plant must compete with individuals of its own and similar species for such necessities as nutrients, space, and water. For example, red squirrels in a boreal forest must compete with one another--and with certain other herbivores--for conifer seeds, their chief food. Similarly, the conifers compete with one another and with other types of plants for water and sunlight. This competition helps ensure that the organisms best adapted to the forest will survive and reproduce.

Cooperation among the organisms of the forest is common. For many species, cooperation is necessary for survival. For example, birds and mammals that eat fruit rely on plants for food. But the plants, in turn, may depend on these animals to help spread their seeds. Similarly, certain microscopic fungi grow on roots of trees. The fungi obtain food from the tree, but they also help the tree absorb needed water and nutrients.


SEJARAH HUTAN

Hutan yang pertama kali berkembang di atas rawa-rawa sekitar 365 juta tahun yang lalu, mendekati akhir periode Devonian. Hutan ini terdiri dari paku-pakuan dan lumut sebesar ukuran pohon, ada diantaranya yang tingginya 12m dan dengan ketebalan 1m. Hutan ini menjadi tempat tinggal binatang amphibi dan serangga.

Pada awal masa karbon, sekitar 360 juta tahun yang lalu, rawa yang amat luas menutupi sebagian besar amerika utara. Hutan raksasa lumut dan ekor-kuda mencapai ketinggian hingga 38 meter diatas rawa yang hangat. Paku-pakuan tumbuh sekitar 3 meter membentuk semak yang tebal menjadi tempat tinggal kecoa, capung, kalajengking, dan laba-laba.

Pada awal masa Mesozoic, sekitar 240 juta tahun yang lalu, berbagai perubahan iklim dan permukaan bumi memusnahkan hutan rawa. Hutan yang lebih kering didominasi oleh pohon gymnosperm, yakni tumbuhan yang bijinya terbuka tidak dilindungi oleh buah atau kulit pelindung biji. Seperti paku-pakuan dan cemara primitif yang tumbuh di hutan rawa, pohon cycad dan ginkgo yang menyebar luas. Pohon-pohon Gymnosperm membentuk hutan yang menutupi sebagian besar bumi, amphibi dan serangga, dan reptil yang besar hidup di dalamnya.

Tanaman berbunga muncul pertama kali pada awal jaman Cretaceous, sekitar 138 juta tahun yang lalu. Tanaman ini juga disebut angiosperm, yang menghasilkan biji yang terlindung di dalam buah atau kantong biji. Tumbuhan ini diantaranya magnolias, maple, poplar, dan willow. Semak berbunga dan tumbuhan herbal terbentuk.

Pada awal era Cenozoic, sekitar 65 juta tahun yang lalu cuaca di bumi menjadi lebih dingin. Hutan dengan suhu yang bagus menyebar melintasi Amerika utara, Eropa, dan Asia. Hutan-hutan kaya akan tumbuhan berbunga, berdaun lebar, dan cemara berdaun runcing. Beberapa burung dan binatang menyusui tinggal di dalamnya.

Hutan Modern
Iklim di bumi berlanjut menjadi lebih dingin, sekitar 2,4 juta tahun yang lalu untuk pertama kalinya beberapa lapisan es terbentuk di Amerika utara, Eropa dan Asia. Lembaran es ini telah merusakan hutan-hutan beriklim sedang di amerika utara dan eropa. Hanya hutan-hutan beriklim sedang di asia tenggara yang masih tersisa tanpa tersentuh es.

No comments: