Kalau Anda ingin mendaki gunung yang diselimuti salju, naiklah ke puncak Carstensz. Untuk mencapai puncak itu, Anda harus bergelut dengan dinginnya salju pegunungan –seuatu yang tak pernah Anda temui di gunung lain di Indonesia. Carstensz Pyramid (4.844 m) merupakan satu dari tujuh puncak terkenal dunia. Adanya di pegunungan Sudirman, di Irian Jaya, bersama dengan Puncak Sumantri, Jaya dan Carstensz Timur.
Sebenarnya, di bagian tengah Irian Jaya (Papua) terdapat banyak jajaran pegunungan yang membujur dari barat ke timur. Salah satunya adalah pegunungan sudirman, puncak Carstensz, yang tingginya mencapai 4.884 meter di atas permukaan laut. Pegunungan tersebut oleh penduduk asli disebut Ndugu-ndugu yang artinya tempat tinggi yang tertutup salju tempat roh nenek moyang berdiam.
Untuk mendaki puncak Carstensz, sebaiknya Anda melewati sisi utara, dengan rute normal maupun cara direct (panjat dinding). Tempat yang biasa di jadikan posko / base camp adalah lembah danau yang dapat dicapai dari Tembagapura, Ilaga dan Beoga. Pendakian dengan melalui lewat kota kecil Ilaga, di kabupaten Paniai, sekitar 7 hari baru sampai di Lembah Danau-Danau dengan ketinggian 4.200 mdpl. Perjalanan dari ilaga ke lembah Danau-Danau perlu perjuangan berat dan sangat melelahkan. Jalannya tidak terlalu menanjak tapi medan yang berlumpur dan berawa mengharuskan satu usaha yang ekstra menguras tenaga.
Hari pertama dilalui dengan cukup mudah, jalan tidak terlalu berat di sepanjang perjalanan masih bisa berjumpa dengan penduduk. Kita dapat menginap disuatu tempat bernama ‘Kama’. Hari kedua dan ketiga medan tidak terlalu berbeda dengan hari pertama, pendaki dapat menginap di dataran tinggi yang bernama Bla-Bla yang penuh dengan tumbuhan pakis gunung. Malam ketiga menginap di tepi sungai Aminggameh. Hari berikutnya menginap di Mapala Puram setelah melintasi kurang lebih tujung sungai.
Perjalanan di hari-hari berikutnya semakin membuat kita terseok-seok dan sangat menguras tenaga. Medannya sudah berganti dengan rawa, dengan padang rumput yang tidak berujung, hujan sering turun dan angin dingin bertiup kencang. Kita dapat menginap di Komalama Nikimeh, yang berbatu-batu tajam.
Hari ke enam cukup mengembirakan. Di kejahuan mulai nampak hamparan salju menyelimuti Pegunungan Sudirman, ditimpa sinar matahari pagi dengan sinar keemasan. Kita mulai mendaki bukit bukit yang cukup menanjak dan kadang kala becek. Klimaksnya terjadi kala kita mencapai danau Gibi, tanjakannya sangat curam dan super becek. Sekitar satu jam kita baru bisa keluar dari daerah itu, dan tiba di Danau Larson, dekat kaki puncak Sumantri dan Puncak Jaya. Dari sini tinggal 5 jam lagi untuk mencapai Lembah Danau – Danau.
Pada hari ketujuh sejak dari Ilaga, kita akan tiba di Lembah Danau-Danau, letaknya diapit pegunungan Sumantri dan Jaya, setelah melewati dataran tertinggi di New Zealand Pass. Di Lembah Danau-Danau terdapat banyak danau gletser.
Dari Lembah Danau berangkat mendaki celah dekat New Zealand Pass, lewat sisi timur. Medan yang relatif terjal (70°), memaksa kita berjalan dibantu tangan (scrambling) sebagai penyeimbang. Lepas dari tanjakan berat, kita masih menuju kaki gletser atau pegunungan es Sumantri. Malamnya kita dapat menginap 100m sebelum gletser. Badai salju sewaktu-waktu bisa muncul menimbun tenda
Pagi harinya, kita dapat melanjutkan perjalanan di antara kabut dan hujan salju. Begitu sampai di kaki gletser, kabut kian menebal dan badai salju semakin lebat. Pada hari yang keempat, baru bisa sampai dipegunungan Sumantri – Jaya. Tenda dapat didirikan pada ceruk dibawah tebing batu. Hari kelima pendakian dilanjutkan dengan menyusuri Pegunungan Sumantri – Jaya menuju Saddle, dan sejam kemudian akan sampai di puncak Sumantri. Kita kemudian turun kembali untuk menginap di Saddle.
Esoknya bisa dilanjutkan menuju puncak Jaya. Jalannya relatif lebih landai dibandingkan jalur menuju Puncak Sumantri. Puncak Jaya yang berupa padang es dan relatif datar, dapat dicapai dalam waktu 1jam. Dari puncak ini tampak Danau Larson, tebing Carstensz Pyramid, puncak Carstensz Timur, dan juga bukit tambang Freeport. Kemudian kita turun lagi ke saddle dan langsung berbenah untuk turun ke gletser Meren melalui rute normal.
Dari Lembah Danau menuju Carstensz Pyramid lewat rute normal, jalur tidak gampang. Badai salju hujan , kabut, serta angin kencang dan terpaan hujan es akan selalu mengiringi langkah kita. Situasi kita akan semakin sulit ketika harus memanjat tebing sepanjang ±30m dengan grade 5,8.
Hampir sepanjang tahun puncak tersebut bisa didaki. Namun, waktu yang ideal adalah selama bulan purnama karena pemandangannya jauh lebih baik. Ketika musim hujan, Anda akan sulit ke tempat tersebut karena cuaca itu tidak cocok untuk penerbangan pesawat, khususnya pesawat kecil yang melayani rute Biak-Nabire-Ilaga. Untuk mendaki gunung tertinggi di Indonesia itu, Anda harus mempersiapkan segala sesuatu dengan baik.
Nama Carstensz berasal dari nama penemu pegunungan ini. Pada tahun 1623 Yan Carstensz (orang Eropa) melihat pegunungan sangat tinggi yang sebagian tertutup salju di pedalaman Irian Jaya. Salju itu sangat dekat dengan katulistiwa. Awalnya, orang Eropa tidak mempercayai laporan tersebut.
Kebenaran itu terungkap hampir tiga ratus tahun kemudian, tepatnya tahun 1899 ketika sebuah ekspedisi Belanda membuat peta di Irian Jaya dan menemukan kebenaran laporan Yan Carstenz. Sebagai penghormatan, namanya dijadikan nama puncak tertinggi di Indonesia itu. Nama Indonesia untuk puncak tersebut adalah Puncak Jayakesuma. Puncak-puncak yang ada di sekitarnya antara lain Puncak Jaya, Puncak Sumantri, Puncak Sukarno, Puncak Carstenz Timur dan Puncak Tengah.
Pendaki Gunung yang pertama kali berhasil mencapai puncak adalah tim ekspedisi di bawah pimpinan Heinrich Harrer pada tahun 1962. Padahal, sudah banyak pendaki lain yang berusaha mencapai puncak, seperti tim Selandia Baru yang gagal mencapai puncak karena keterlambatan logistik lewat jembatan udara. Ekspedisi yang dilakukan setahun sebelum ekspedisi Heinrich Harrer itu berhasil menemukan jalan dari udara, lewat sebuah celah yang kemudaian dinamakan New Zealand Pass. Jauh sebelumnya, banyak pendaki yang gagal atau tewas dalam usaha mencapai puncak.
No comments:
Post a Comment