Para penduduk itu dengan lincah melintasi jalan desa selebar kurang lebih lima meter, yang beberapa sisinya banyak berlubang. Siapa pun yang melewati jalan itu memang harus berhati-hati, agar jangan sampai terpelanting jatuh gara-gara lubang di tengah jalan.
Sugihwaras adalah desa terakhir sebelum seseorang memasuki kawasan Gunung Kelud. Sekitar satu kilometer di atas Sugihwaras, terdapat areal perkebunan milik Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Margomulyo, Pemerintah Kabupaten Kediri.
Gunung Kelud diabadikan dari udara.
SIAPA pun akan merasa nyaman jika melewati ratusan hektar kebun tebu dan kopi milik PDP Margomulyo, di kanan kiri jalan. Hawa yang sejuk di pagi hari, disemarakkan oleh kicau burung yang terbang ke sana ke mari.
Dari Sugihwaras, harus ditempuh sepuluh kilometer lagi sebelum sampai ke kawah Kelud. Walaupun sudah beraspal, namun bagi mereka yang membawa mobil, jangan harap dapat mengemudikannya hingga mendekati kawah. Pasalnya, jalan aspal itu hanya selebar dua meter.
Jika memang akan memasuki jalan menuju kawah, pengemudi juga harus tetap waspada, karena dari arah berlawanan sering muncul penduduk yang membawa tetumbuhan dan kayu, dan biasanya meluncur dengan kecepatan tinggi. Jangankan mobil. Pengendara sepeda motor pun harus merapat ke sisi kiri untuk menghindari tabrakan. Jika tidak, siapa pun harus siap 'tertampar' sebongkah tumbuhan atau setumpuk kayu.
Lepas dari papasan dengan penduduk, masih ada rintangan lain. Beberapa sisi jalan menuju kawah banyak yang longsor dan licin, terutama jika setelah turun hujan. Akibatnya, lengah sedikit saja, siapa pun dapat terperosok ke dalam jurang.
"Lolos" dari jalan berliku-liku menuju daerah kawah bukan berarti mudah memasuki kawah. Sebab, jalan aspal sudah habis di sekitar dua kilometer menjelang kawah. Sehingga, satu-satunya cara menuju kawah, adalah dengan berjalan kaki melintasi jalanan berbatu.
Dengan demikian, siapa pun yang mengendarai sepeda motor, harus rela meninggalkan kendaraannya tanpa pengamanan dari siapa pun. Atau, ia harus ikhlas untuk tidak ke kawah, alias menikmati pemandangan tebing dan pemandangan Kota Kediri bagian bawah dari tempat itu. Setelah itu, pulang tanpa menyaksikan kawah.
Para pendaki menuju kawah Gunung Kelud setelah gunung tersebut meletus tahun 1990.
BERBICARA tentang Gunung Kelud yang oleh Pemerintah Kabupaten Kediri akan dijadikan salah satu objek wisata andalan, sama saja membicarakan masalah infrastruktur. Di sana-sini masih banyak yang harus dibenahi.
Soal jalan tentu menjadi yang utama. Kecuali beberapa kilometer jalan di kawasan PDP Margomulyo, jalan lainnya yang menuju kawah Kelud masih harus ditingkatkan mutunya. Baik dari segi lebar jalan maupun kualitasnya. Terutama, aspal jalan di beberapa kilometer menjelang kawah.
Di kanan kiri jalan, juga belum terdapat tanaman pelindung yang meneduhkan wisatawan, utamanya jika matahari sedang bersinar dengan teriknya. "Bagi saya sendiri, soal jalan dan tanaman pelindung memang yang terpenting untuk dibenahi," kata Sekretaris Desa Sugihwaras, Imam Muhamad Khosian.
Selain itu, ada beberapa kelengkapan penunjang lain yang menurutnya juga harus dipunyai kawasan Kelud, jika akan dijadikan sebagai objek wisata. Salah satunya adalah tersedianya papan penunjuk yang memadai di jalan-jalan menuju Gunung Kelud.
Selama ini, menurut Imam, orang yang akan menuju Kelud-terutama orang baru-harus banyak bertanya sebelum sampai di kawasan tersebut. Bila dibandingkan dengan objek wisata-agama Gereja Puh Sarang-juga di Kabupaten Kediri-tentu Gunung Kelud kalah jauh dari sisi pengemasan informasi publik.
Masalah akomodasi juga menjadi problem tersendiri. Berdasar pantauan Kompas, belum ada satu pun losmen atau hotel di sekitar kawasan Gunung Kelud.
Hal itu juga diakui oleh Imam. Tak heran, jika ada tamu yang harus menginap, mereka sering numpang tidur di rumahnya. Kalau tidak, mereka harus siap tidur di salah satu bangunan milik PDP Margomulyo, atau di sebuah SD Negeri yang terdapat di kaki Gunung Kelud.
Panorama Gunung Kelud saat meletus tahun 1990.
PEMERINTAH Kabupaten Kediri, mengakui betapa masih panjangnya jalan menuju dijadikannya kawasan Gunung Kelud sebagai objek wisata. Bupati Kediri Sutrisno, menuturkan bahwa pemerintah kini sedang dalam tahap meneliti kelayakan Gunung Kelud sebagai daerah tujuan wisata.
"Tahun ini programnya adalah penelitian. Jadi kita adakan uji kelayakan terhadap Gunung Kelud, yang pelaksanaannya nanti dikoordinir oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah-Red)," jelasnya.
Yang pasti, lanjutnya, cita-cita pemerintah Kabupaten Kediri dalam menggarap Kelud, adalah menyamai sukses Gunung Bromo dan Gunung Tangkuban Perahu. Singkatnya, mengapa Bromo dan Tangkuban Perahu bisa, sementara Kelud tidak?
Jika hasil studi kelayakan itu menyimpulkan bahwa Kelud memang layak menjadi kawasan wisata, Sutrisno berjanji akan bekerja maksimal untuk menggarap Kelud.
"Gereja Puh Sarang yang relatif sudah tergarap dengan baik, bisa menjadi 'motor' bagi Kelud yang masih belum banyak dipoles. Saya mengangankan, wisatawan yang datang ke Puh Sarang, bisa sekaligus ditarik untuk menikmati Gunung Kelud. Tentu saja ini dilakukan dengan tanpa mengabaikan promosi bagi wisatawan yang tidak datang ke Puh Sarang," ujarnya lagi.
Tak hanya itu. Sutrisno, yang didampingi Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Soewasis, sudah merencanakan pembuatan situs di Internet atau website tentang Kabupaten Kediri.
Situs yang direncanakan dibuat dalam dua bahasa ini-bahasa Indonesia dan Inggris-diharapkan dapat efektif menarik wisatawan untuk datang ke Kediri. Sebab, sebagaimana website pada umumnya, di situ tercantum segala informasi penting tentang kota tersebut, termasuk objek wisatanya.
Wisata Gunung Kelud memang masih harus menempuh perjalanan panjang. (p01)
Kompas/rudy badil Andalan - Pemerintah Kabupaten Kediri akan menjadikan Gunung Kelud sebagai salah satu andalam obyek wisata , walau jalan untuk itu masih panjang.
No comments:
Post a Comment