Saturday, November 29, 2008
DAFTAR ALAMAT ANGGOTA
Mohon tuk semua anggota maupun simpatisan KAPA '85 di manapun kalian berada, agar membubuhkan alamat terbaru di thread ini, agar komunikasi kita bisa tetep berjalan dengan baik, terima-kasih.
Saturday, November 15, 2008
RINJANI, AGUSTUS 2008
Pendakian ini dilakukan pada tanggal 15 – 20 agustus 2008 dengan diikuti oleh 19 pendaki, 6 orang porter dan 1 guide dari RTMB (Rinjani Tracking Management Board). Dimulai pada tanggal 14 agustus di Bali (di Rumah ku, Bumi Jimbaran Asri) sebagai titik pertemuan temen-temen dari berbagai daerah.
Pelawangan Sembalun
Camp Pelawangan Sembalun
Aku & Yudi, Menjelang Danau Segara Anak
Menuju Danau Segara Anak
Pukul 19.00 WITA seluruh rombongan sampai di camp dengan disambut tenda-tenda yang sudah berdiri rapih yang sebelumnya telah didirikan oleh porter-porter yang sangat baik dan juga membagikan minuman hangat dan makan malam kepada seluruh anggota team.
Mandi Sauna Di Aing Kalak Hot Spring
Ueenak Tenaaaaaann ...
Aku, Amak Agus, Dan Amak Misnim Lagi Bakar Ikan
Pelawangan Senaruh
Turun dari Pelawangan Senaruh
THE END
Thursday, April 26, 2007
SAMPAH
Para ahli pertanian yakin bahwa kunci dari tanaman yang sehat adalah tanah yang sehat pula. Tanah yang sehat adalah tanah yang kondisi fisik, kimia dan biologinya baik, tanpa faktor penghambat yang berarti. Kondisi biologis yang baik berarti mempunyai populasi organisme tanah optimal dalam ekosistem biologis yang sehat seimbang, yang dijamin oleh kadar bahan organik tanah optimal + 5%.
Secara garis besarnya, sampah dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
I. Sampah An Organik Sampah tidak mudah hancur / lapuk bukan berupa cairan & gas dan sering disebut sebagai sampah kering. Sampah an organik dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Barang lapuk Barang yang dapat di daur ulang kembali dalam keadaan bersih dan tidak rusak, mempunyaI nilai ekonomis tinggi. Contoh : Logam, besi, kaleng, plastik, karet, dll.
b. Bukan barang lapuk Sampah an organik yang betul-betul rusak dan tidak dapat diperjualbelikan se- hingga tidak mempunyai nilai ekonomis.
II. Sampah Organik Sampah yang mudah lapuk / hancur, bukan berbentuk cairan / gas dan sering disebut sampah basah. Sampah organik terdiri dari 3 bagian : a. Sampah organik segar, seperti : sampah dapur, kebun, pasar dan restoran. b. Sampah organik oleh seperti : kertas, kardus, dll. c. Sampah organik pilihan untuk daur ulang menjadi kompos dipilih sampah organik yang segar dan lunak tidak termasuk yang keras dan berbentuk basah seperti sisa sayuran, rempah-rempah & sisa buah.
III. Sampah Berbahaya Sampah yang harus ditangani secara khusus untuk menetralisir akibat pencemaran. Sampah ini harus dipisahkan dari yang lainnya sehingga proses daur ulang lebih cepat dan menghasilkan produk yang bebas dari bahan berbahaya. Contoh: pecahan kaca & gelas, sisa bahan kimia, baterai, botol obat nyamuk & paku.
Mungkin kita akan berfikir 2 x untuk mengkonsumsi barang-barang yang tidak bersahabat dengan lingkungan, setelah kita mengetahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan sampah adalah sebagi berikut :
JENIS SAMPAH | LAMA HANCUR |
Kertas | 2-5 bulan |
Kulit Jeruk | 6 bulan |
Doos Karton | 5 bulan |
Filter Rokok | 10-12 tahun |
Kantong Plastik | 10-20 tahun |
Kulit Sepatu | 25-40 tahun |
Pakaian/Nylon | 30-40 tahun |
Plastik | 50-80 tahun |
Alumunium | 80-100 tahun |
Styrofoam | tidak hancur |
Dengan melihat tabel diatas maka tidak ada salahnya kalau kita mulai dari rumah kita masing-masing untuk mengurangi sampah yang tidak dapat dipergunakan semaksimal mungkin. Salah satu caranya adalah dengan mendaur ulang sampah yang dapat dimanfaatkan.
Daur ulang adalah penggunaan kembali material / barang yang sudah tidak digunakan untuk menjadi produk lain. Selain berfungsi untuk mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Daur ulang bermanfaat memenuhi kebutuhan akan bahan baku suatu produk. Dan dari segi penggunaan bahan bakar adanya daur ulang dapat menghemat energi yang harus dikeluarkan suatu pabrik.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk daur ulang :
1. Pemisahan Pisahkan barang-barang / material yang dapat didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke pembuangan sampah. Pastikan material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan bersih.
2. Penyimpanan Simpan barang / material kering yang sudah dipisahkan tadi ke dalam boks / kotak tertutup tergantung jenis barangnya, misalnya boks untuk kertas bekas, botol bekas, dll. Jika akan membuat kompos, tumpuk sampah rumah tangga pada lokasi pembuatan kompos.
3. Pengiriman / Penjualan Barang yang terkumpul dijual ke pabrik yang membutuhkan material bekas tersebut sebagai bahan baku dijual ke pemulung.
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
Limbah B3 banyak terdapat disekitar kita misalnya obat nyamuk/pestisida, oli bekas, sisa tinta, batu baterai, dll. Jika limbah ini dibuang dalam TPA yang tidak dilengkapi persyaratan khusus maka racun yang ada dalam limbah tersebut dapat meresap ke tanah dan mencemari air tanah maupun tanaman yang akan dikonsumsi manusia. Oleh sebab itu, pisahkan limbah B3 dari sampah lain.
Bagaimana meminimalkan timbunan sampah? Menggunakan barang seefisien dan semaksimal mungkin. Contohnya : Penggunaan plastik pembungkus selama dapat digunakan kembali. Pergunakan botol lama tanpa harus membeli baru. Memperbaiki perabot lama dengan cara memberi design baru dengan upaya pemakaian kembaali.
Sadar dan cinta akan lingkungan dan memahami berbagai permasalahan dan cara mengatasinya sangat penting.
Pembuatan Kompos Rumah Tangga
Prinsip pengomposan Sampah rumah tangga mengandung bahan organik + 75%. Proses pengomposan menyesuaikan diri dengan tersedianya bahan baku, yang tidak sekaligus terkumpul dalam jumlah besar, melainkan sedikit demi sedikit setiap hari. Kondisi ini seperti terjadi di alam di lantai hutan, dimana sisa-sisa organik jatuh keatas tanah selapis demi selapis sampai menjadi tebal.
Proses perombakan-fermentasi organisme tanah terjadi dari bawah merambat ke atas mengejar bahan baku yang baru jatuh, diikuti terbentuknya humus dari bawah ke atas pula. Kecepatan pengomposan sangat tergantung a.1. pada komposisi bahan baku, perbandingan kadar C (bahan berserat tinggi) dengan kadar N (jenis kacangan, pupuk kandang, dsb.). Untuk bahan baku kompos yang optimal perbandingan C/N = + 30, hasil akhir humus atau kompos yang matang C/N = 12-15
Cara dan Alat Membuat kompos yang sebenarnya mudah dan sederhana, tetapi karena lokasinya di pekarangan rumah harus bebas dari polusi bau, lalat, binatang berbahaya dan bebas dari gangguan ayam, anjing, kucing, dsb. Apalagi sisa-sisa organik tidak terkumpul sekaligus tetapi berangsur setiap hari dari buangan dapur dan kotoran pekarangan.
Untuk pembuatan kompos di pekarangan rumah, dibutuhkan dua macam wadah : 1. Wadah besar, penampung bahan baku dan tempat terjadinya proses pengomposan, yang disebut "Komposter" dan ditaruh di pekarangan di tempat teduh. 2. Wadah kecil berupa ember plastik kecil bertutup, tempat penampungan sementara sisa organik dapur.
Alat Komposter paling praktis dan aman adalah alat yang direkomendasikan STU Campbell (buku "let It Rot", Storey Books, Vermont 1998) untuk dipakai di pekarangan rumah. Komposter ini dibuat dari drum bekas 200 liter, dinding atas dibuang, dan dinding dasar pada tengahnya dilobangi untuk dapat dimasuki pipa PVC 3-4 inci, yang juga berfungsi drainase.
Pada pipa PVC berjarak 5 cm dibuat lobang (bor) sepanjang empat sisinya. Drum dipasang berdiri, diberi ganjal 2-3 lapis batu bata. Pipa PVC dimasukkan ke lobang dasar, sampai ujung bawah menyentuh tanah dan ujung atas menonjol keatas drum + 10 cm, menembus tengah-tengah tutup tambahan (bisa dibuat dari tripleks)
Ember Kecil Ember plastik 5 l - 10 l yang ada tutupnya, disediakan khusus untuk penampungan sementara (1-2 hari) sisa organik dapur dan selalu ditaruh di dapur dalam keadaan tertutup.
Cara Kerja Komposter (drum) ditaruh di pekarangan di tempat teduh. Sebaiknya dibuatkan tutup atas dari tripleks yang tengahnya berlobang tempat munculnya pipa PVC. Setiap kali pembersihan halaman, kotoran berupa rontokan daun, potongan pagar rumput, dll dimasukkan ke dalam komposter, diratakan, sedikit dipadatkan dan diatasnya ditaburi selapis kotoran ternak lama, kompos baru atau setengah matang, tanah subur hitam, dsb. sebagai starter
penambah N dan organisme tanah. Kalau terlalu kering diberi air agar lembab dan ditutup untuk mencegah dari hujan berlebihan, terik matahari dan pencemaran lalat.
Untuk memudahkan didekat komposter disediakan wadah berisi starter (kotoran ternak, dll) yang selalu ditutup.
Setiap satu atau dua hari sekali, kotoran dapur dalam ember kecil yang sudah penuh, juga dimasukkan, diratakan dan dilapisi starter.
Demikian pengisian dilakukan setiap kali terkumpul sisa organik atau kotoran dapur baru, sampai komposter penuh, yang memakan waktu 1 bulan - 2 bulan untuk keluarga sedang.
Setelah penuh, ditutup dan dibiarkan tidak dibalik-balik selama + 1 bulan yang diperkirakan pengomposan sudah selesai menjadi matang berupa kompos berwarna hitam, remah dan berbau segar.
Komposter dikosongkan, isinya diangin-anginkan, langsung dapat dipergunakan sendiri atau disaring (saringan kawat kasa) dibungkus dan dijual.
Proses pengomposan terjadi sejak awal bahan organik dimasukkan, dan merambat keatas mengikuti bahan organik baru. Disini akan terjadi proses fermentasi panas oleh bakteri termofilik, karena suhu dapat meningkat didalam komposter tertutup, yang juga berguna membunuh bibit hama- penyakit dan gulma.
Komposter I yang sudah penuh dan sedang dalam proses pemasakkan, digantikan komposter II yang sudah disiapkan dan nanti setelah komposter I selesai dokosongkan, disiapkan untuk menggantikan komposter II bila sudah penuh, dst.
Sisa organik dapur terdiri dari potongan / kulit sayuran, kulit buah lunak, daun pembungkus, kertas, sisa lauk-pauk, dipisahkan dari sisa / sampah non organik. Sisa dapur tersebut dimasukkan kedalam ember kecil dan yang non organik ditampung dalam wadah lain untuk dibuang di bak sampah.
Setiap kali memasukkan sisa organik dapur yang mudah busuk (sisa lauk-pauk), diatasnya langsung ditaburi selapis serbuk gergaji halus rapat-rapat. Maka di dapur selalu disediakan serbuk gergaji halus dalam wadah khusus.
Ember kecil harus selalu ditutup rapat dan biasanya dalam 1-2 hari sudah penuh, lalu langsung dibawa ke kebun dimasukkan ke dalam komposter, dan ditaburi selapis starter diatasnya.
Agar ember plastik tidak kotor, sebaiknya dilapisi kantong plastik sehingga sisa organik dapur yang mudah busuk dapat ditampung dengan aman dan rapat.
Apabila dapat terwujud setiap rumah tangga mau dan mampu mendaur ulang sampah organik pekarangan, dan dapurnya menjadi kompos, maka sampah rumah tangga yang dibuang tinggal sedikit dan tidak menimbulkan polusi lingkungan.
Sampah yang dibuang tinggal berupa limbah non-organik seperti barang-barang bekas plastik, kaleng, besi, dll dan sedikit limbah organik keras seperti barang-barang bekas dari kayu, bambu, kardus, kulit buah keras dan kebanyakan barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan lewat para pemulung.
Dengan cara ini hampir semua bahan organik dapat didaur ulang sehingga masalah sampah kota dapat diatasi secara sehat dan mendukung keselamatan bumi.
Tinggal satu hal, dimana manusia belum berhasil menyambung siklus daur ulang yang terputus, yaitu masalah kotoran (taeces) dan urine manusia karena masih terbentur pada masalah budaya.
SEJARAH GEOLOGI GUNUNG MERAPI
Gunung Merapi tumbuh di atas titik potong antara kelurusan vulkanik Ungaran - Telomoyo - Merbabu - Merapi dan kelurusan vulkanik Lawu - Merapi - Sumbing - Sindoro - Slamet. Kelurusan vulkanik Ungaran-Merapi tersebut merupakan sesar mendatar yang berbentuk konkaf hingga sampai ke barat, dan berangsur-angsur berkembang kegiatan vulkanisnya sepanjang sesar mendatar dari arah utara ke selatan. Dapat diurut dari utara yaitu Ungaran Tua berumur Pleistosen dan berakhir di selatan yaitu di Gunung Merapi yang sangat aktif hingga saat ini. Kadang disebutkan bahwa Gunung Merapi terletak pada perpotongan dua sesar kwarter yaitu Sesar Semarang yang berorientasi utara-selatan dan Sesar Solo yang berorientasi barat-timur.
Secara morfologi tubuh gunung Merapi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng Tengah dan Lereng Kaki dan Dataran Kaki (Sari,1992). Kerucut puncak dibangun oleh endapan paling muda berupa lava dan piroklastik. Satuan lereng tengah dibangun oleh endapan lava, piroklastik dan lahar. Lereng kaki dan Dataran Kaki tersusun dari endapan piroklastik, lahar dan aluvial. Dari bentuknya, dibandingkan dengan gunungapi disebelahnya yaitu Gunung Merbabu, Gunung Merapi nampak jauh lebih runcing. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bagian puncaknya relatif lebih cepat. Hal ini didukung pula oleh kenyataan bahwa pada saat ini produk aktivitas Merapi hanya tersebar pada jarak yang dekat dari puncak Merapi.
Kerucut puncak Merapi yang sering disebut sebagai Gunung Anyar merupakan bagian Merapi yang paling muda. Semua aktivitas Merapi terpusat pada puncak kerucut ini. Kawah utama Merapi saat ini berupa bukaan berbentuk tapal kuda yang mengarah ke barat-baratdaya. Morfologi kawah ini terbentuk sesudah letusan tahun 1961. Secara umum, dataran puncak Merapi tersusun dari kubah-kubah lava yang tidak terlongsorkan. Beberapa area di dataran puncak Merapi di luar kawah utama mengeluarkan banyak uap vulkanik yaitu di area Gendol dan Woro, bagian tenggara dataran puncak.
Bagian lereng barat Merapi merupakan daerah aliran guguran dan piroklastik. Daerah ini merupakan daerah terbuka karena sering terlanda awanpanas. Daerah lereng timur sebagai bagian dari struktur Merapi Tua jarang terkena dampak aktivitas Merapi. Lereng ini lebih banyak tedutup dengan vegetasi. Morfologinya nampak dipisahkan dari kerucut-Merapi dengan sesar yang berbentuk tapal kuda yang melalui bawah Gunung ljo, lereng timur Merapi.
Lereng kaki Merapi tersusun dari punggungan-punggungan radial yang diselingi dengan hulu-hulu sungai. Beberapa sungai penting yang berada di lereng barat yaitu Batang, Bebeng, Putih, Blongkeng, Sat, Lamat dan Senowo. Alur-alur pada hulu sungai tersebut yang sering mendapat tambahan material produk letusan.
Penelitian terdahulu dari G. Merapi menunjukkan bahwa sejarah G. Merapi cukup komplek dan pembagian detail dari sejarah Merapi sendiri masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Berbagai penelitian geologi yang dilakukan di Merapi antara lain Wirakusumah (1989), Berthommier (1990), Newhall & Bronto (1995) dan Newhall et al (in press). Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian yang dilakukan sesudahnya semakin merinci unit-unit stratigraf! di Merapi.
Secara garis besar sejarah G. Merapi dapat dibagi menjadi 4 bagian (Bedhommier, 1990).
PRA MERAPI (lebih dari 400.000 tahun yang lalu)
Sebelum terbentuk Gunung Merapi, pada masa ini sudah terdapat apa yang sekarang nampak sebagai Gunung Bibi, gunung basaltik andesit, yang terletak di lereng timur Merapi, termasuk di daerah Boyolali. Walaupun sama sepeni lava Merapi berjenis basalt-andesitik, batuan gunung Bibi berbeda dari batuan Merapi, karena tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 meter di atas muka laut. Lokasi ini dapat dicapai melalui desa Cepogo naik ke arah Merapi. Jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekitar 2.5 kilometer. Karena umurnya yang jauh lebih tua darl gunung Merapi bukit ini telah mengalami alterasi yang kuat, contoh batuan segar sudah sulit sekali ditemukan. Umurnya diperkirakan sekitar 700.000 tahun.
MERAPI TUA (60.000 sampai 8000 tahun yang lalu)
Pada masa ini mulal lahir Gunung Merapi dan merupakan fase awal dari pembentukannya. Kerucut G. Merapi belum terbentuk sempurna. Produk erupsinya bervariasi. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltik; dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.
MERAPI PERTENGAHAN (8000 sampai 2000 tahun yang lalu)
Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan "debris-avalanche" (sebagaimana terjadi di Mount St. Helens, dalam skala kecil), ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 kilometer, lebar 1-2 kilometer dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.
MERAPI BARU (2000 sampai sekarang)
Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar. Aktivitas Merapi terdiri dari aliran basalt dan andesit lava, awanpanas serta letusan magmatik dan phreatomagmatik. Kubah lava menjadi pusat aktivitas Gunung Merapi sampai saat ini.
Batuan dasar dari G. Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari G. Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak + 23 km dari G. Merapi. Newhall et al (in press) juga menyatakan bahwa akibat letusan besar di masa lalu dari G. Merapi, material hasil letusannya diperkirakan telah membendung K. Progo yang kemudian membentuk danau. Namun demikian, waktu dari letusannya masih diperdebatkan.
Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu (490 + 100 yrs. B.P) (MN15 NB-1). Namun demikian, erupsi eksplosif dari G. Merapi yang teramati diperkirakan masih terjadi lagi pada sekitar 250 tahun yang menghasilkan Pasarbubar tephra. Meskipun demikian, letusannya relatif kecil dibandingkan letusan yang menghasilkan Selokopo tephra.
Berdasarkan pengamatan terhadap jenis endapan dan besar letusannya, letusan G. Merapi di masa lalu (3000 BP - 1800 AD) dapat dibedakan menjadi 3 (Andreastuti, 1999) kelompok:
Kelompok 1: | letusan kecil menghasilkan satu jenis endapan yang relatif tipis atau aliran lava. |
Kelompok 2: | letusan medium menghasilkan endapan tephra yang menunjukkan asosiasi sederhana dari endapan yang ketebalannya relatif tipis. |
Kelompok 3: | letusan besar yang menghasilkan endapan tebal dengan asosiasi jenis endapan yang komplek. |
Pembagian tersebutdiatas berlaku untuk kejadian letusan pra-1 800 AD. Bila diterapkan pada letusan sekarang (sesudah-1 800 AD), maka endapan yang terbentuk dapat digolongkan dalam kelompok 1, contohnya lava, awanpanas atau endapan surge dan kelompok 2, yaitu asosiasi endapan awanpanas dan surge.
Endapan hasil letusan yang sekarang berupa awanpanas yang meskipun cukup tebal (mencapai 8m), namun hanya tersebar di lembah-lembah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa letusannya relatif kecil. Pada letusan pra-1 800, hasil letusan berupa endapan jatuhan yang ketebalannya lebih tipis namun merata di sekitar gunung. Tekanan internal magma pada letusan yang menghasilkan awanpanas lebih kecil daripada yang menghasilkan letusan dengan endapan jatuhan.
Berdasarkan pengamatan geokimia, proses magmatilk dari G. Merapi mencakup proses diferensiasi dan suplai magma (Bahar, 1984, Berthommier, 1990; Andreastuti, 1999) dari dapur magma yang lebih dalam selain itu proses kontaminasi juga berperan dalam perkembangan magma dari G. Merapi (Bahar, 1984, Berthommier, 1990). Lebih jauh, Del Marmol (1989) menyatakan bahwa letusan dari G. Merapi terutama dipicu oleh perubahan kandungan air dan perubahan kecepatan kristalisasi magma.
Dalam perkembangannya, sifat letusan G. Merapi menunjukkan sifat perubahan komposisi magma yang berulang dari basa ke asam. Komposisi SiO2 pada sekitar 1000 tahun terakhir mengalami variasi dengan nilai terendah sekitar 50.5 % sampal 56.5 %. Tentu saja perubahan komposisi in! akan berpengaruh pada tingkah laku Merapi. Walaupun perubahan SiO2 berfluktuasi, dalam jangka panjang terjadi kecenderungan kenaikan komposisi yang jelas. Hal ini tedilhat baik dari letusan yang sekarang maupun letusan masa lalu (Andreastuti, 1999). Namun demikian, perubahan sifat letusan dari eksplosif menjadi efusif pada periode saat ini merupakan perubahan yang penting, karena berpengaruh pada jenis dan resiko dari letusan. Dibandingkan dengan letusan masa lampau, letusan masa kini relatif kecil (VEI 1-3).
Gunung Merapi merupakan gunungapi tipe basalt-andesitik dengan komposisi SiO2 berkisar antara 50-58 %. Beberapa lava yang bersifat lebih basa mempunyai SiO2 yang lebih rendah sampal sekitar 48%. Batuan Merapi tersusun dari plagiolklas, olivin, piroksen, magnetit dan amphibol. Plagioklas merupakan mineral utama pada batuan Merapi dengan komposisi sekitar 34%. Menurut del Marmol (1989), lava Merapi mempunyai tingkat kristalinitas 32 58% (fenokris > 0.2 mm). Sedangkan penelitian dari endapan tephra pra-1800 AD (Andreastuti, 1999), mengandung fenokris 15-50%. Asosiasi mineral dari endapan tephra Merapi , yaitu:
a. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen-hornblende
b. Plagioklas-hornblende-klinopiroksen
Asosiasi mineral (a) merupakan kelompok yang dominan untuk endapan pra-1800 AD. Sedangkan endapan lava dan tephra sesudah-1800 AD terutama mempunyai asosiasi mineral:
a. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen-hornblende-olivin
b. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen
Asosiasi mineral (b) adalah umum ditemukan dalam endapan tephra dan lava sesudah1800 AD.
Batuan Merapi yang bersifat basalt-andesitik dan andesitik merupakan hasil evolusi dari high-Al basalt sebagai magma asalnya. Disamping differensiasi kristalisasi, magma Merapi dipengaruhi juga oleh adanya kontaminasi dari batuan mantel dan kerak bumL Adanya kontaminasi dari mantel bumi ditunjukkan dengan. adanya asimilasi antara olivin forsteritik dan high-Al basalt. Xenolith karbonat merupakan indikasi adanya kontaminasi dari batuan sedimen di kerak bumL Xenolith gabbro, walaupun tingkat kontaminasinya kecil, menjadi petunjuk adanya kontaminasi dari batuan tertua yang ditemukan di pulau Jawa (del Marmol, 1989).
Magma Merapi berasal dari high-Al basalt yang terkumpul di dapur magma. Magma basalt ini mempunyai kandungan air sekitar 2% berat. Dari analisis kristalisasi disimpulkan bahwa dapur magma berada pada suatu kedalaman antara 7-17 kilometer (estimasi petrografik) atau setara dengan tekanan lithostatik 2 sampai 5 kilobar (del Marmol, 1989). Dapur magma diperkirakan mempunyai volume sekitar 10 kmI. Nilai volume ini diperoleh dari perhitungan berdasarkan data laju erupsi, pertumbuhan kristal, ukuran kubah lava.
Bahaya gunung Merapi dapat dibedakan menjadi bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer merupakan bahaya yang timbul sebagai akibat langsung dari letusan. Sedangkan, bahaya sekunder merupakan bahaya yang secara tidak langsung disebabkan oleh letusan atau produk letusan. Bahaya primer yaitu awanpanas letusan, lemparan material letusan dan abu letusan. Bahaya sekunder yaitu lahar, kerusakan rumah dan tempat tinggal dan bahkan kekurangan pangan.
Awanpanas saat ini merupakan kejadian yang paling berbahaya di Merapi. Suhu yang tinggi, mencapai 3000C merupakan faktor yang paling berbahaya dari awanpanas. Material panas hancuran dari kubah lava meluncur menyusuri lereng dengan asap yang membubung tinggi bergulung-gulung dengan kecepatan luncur yang dapat mencapal 90 kilometer per jam. Sebagai ilustrasi, jarak 5 kilometer dari puncak akan tercapai oleh awanpanas pada waktu 3-4 menit. Walaupun material awanpanas mengalir menyusuri alur hulu sungai, asap awanpanas mengikuti aliran materialnya dan dapat membubung tinggi mencapai 1-2 kilometer.
Awanpanas menyapu dan membakar daerah yang dilaluinya. Asap yang bergulung-gulung dapat membakar daerah sekitar jalur aliran. Sebagai aliran suspensi material abu, pasir, kerikil, batu dan gas yang bertekanan tinggi, awanpanas biasanya lebih tidak berisik dari pada guguran biasa. Awanpanas dari longsoran kubah lava aktif sangat berbahaya karena dapat terjadi sewaktu-waktu.
Kalau awanpanas sudah atau sedang terjadi penanggulangannya sangat sulit. Bahaya awanpanas hanya bisa dihindari dengan tidak terlalu dekat dengan jalur-jalur awanpanas yaitu hulu-hulu sungai yang ada di lereng Merapi. Karena awanpanas Merapi terutama berasal dari kubah lava maka alur yang paling mungkin terkena adalah daerah yang ada lurus di bawah lidah kubah lava aktif dan disebelah kanan-kiri dari alur tersebut.
Sampai saat ini ancaman awanpanas masih ke arah sektor selatan, barat daya, baratdan barat laut. Kubah lava Merapi mempunyai orientasi yang bervariasi dari waktu ke waktu sehingga tingkat resiko bahaya di suatu daerah juga tergantung kondisi kubah pada saat itu.
Lontaran bahan letusan, walaupun saat ini jarang terjadi, juga berbahaya bagi kampungkampung yang berada pada posisi dekat, kurang dari 3 kilometer dari Merapi. Lontaran bahan letusan hanya terjadi pada saat letusan mengarah vertikal atau jenis letusan vulkanian dan plinian. Bahaya in! juga mengancam para pendaki yang sedang melakuka.n pendakian di G. Merapi pada saat aktivitas Merapi sedang giat-giatnya. Itulah sebabnya pada saat status Merapi dalam tingkat "Siaga" dianjurkan untuk tidak melakukan pendakian.
Abu letusan, atau hujan abu, bukan merupakan bahaya yang besar bagi penduduk. Iritasi tenggorokan merupakan kejadian yang paling sering dialami oleh penduduk yang terkena hujan abu. Abu pada beberapa kasus dapat mematikan tanaman pertanian penduduk. Masker penutup hidung (dari kain) sudah cukup untuk mengurangi dampak negatif abu vulkanik.
Gas beracun di Merapi hampir tidak ada. Namun demikian bagi para pendaki yang berada di puncak Merapi dan terlalu dekat dengan solfatara tetap acta resiko untuk terserang keracunan gas vulkanik. Dianjurkan untuk menggunakan masker gas atau paling tidak saputangan yang dibasahi air untuk menutup hidung pada saat berada di daerah solfatara Merapi di puncak.
Lahar merupakan aliran lumpur dan batu dari material hasil erupsi yang oleh karena adanya tambahan air dari hujan terbawa turun dan mengalir sebagai aliran pekat. Dua unsur penyusun lahar yaitu material lahar yang berupa endapan hasil erupsi yang berada di lereng Merapi dan air yang berasal dari hujan. Material lahar yang sangat berpotensi adalah material hasil erupsi yang masih baru dan belum terpadatkan. Itulah sebabnya resiko lahar cukup tinggi apabila terjadi hujan lebat dalam beberapa hari/minggu sesudah letusan. Selama ini aliran pada umumnya mengalir di alur-alur sungai yang berhulu di Merapi.
Demikian sehingga bahaya lahar mengancam terutama para penambang pasir di alur sungai di lereng Merapi. Disamping bahayanya lahar juga bermanfaat karena menurunkan material pasir ke ketinggian yang lebih rendah. Cara penanggulangan lahar saat yang paling sederhana adalah dengan menghindari alur sungai pada saat terjadi hujan lebat di lereng Merapi terutama yang masih terdapat material lepasnya.
SEKILAS TENTANG HUTAN
Iklim, kesuburan tanah, dan air menentukan jenis-jenis tumbuhan dan binatang yang dapat hidup di dalam hutan tersebut. Mahkluk hidup dengan alam sekitar bersama-sama membentuk ekosistem. Suatu ekosistem terdiri dari mahkluk hidup dan benda mati dalam suatu wilayah tertentu yang saling berhubungan satu sama lain.
Ekosistem hutan adalah sangat kompleks, pohon-pohon dan tanaman hijau lainnya
membutuhkan sinar matahari untuk memproses makanan yang diambil dari udara, air dan mineral dari dalam tanah. Tanaman memberi makan pada beberapa binatang tertentu. Binatang pemakan tumbuhan ini dimakan oleh binatang pemangsa daging. Tanaman dan binatang yang mati diurai oleh bakteri dan organisme lainnya seperti protosoa dan jamur. Proses ini mengembalikan mineral ke dalam tanah, yang dapat digunakan lagi oleh tumbuhan untuk ber-fotosintesis.
Meskipun berbagai mahkluk hidup secara sendiri-sendiri telah mati, hutan itu sendiri tetap hidup. Jika hutan dikelola secara bijaksana dapat menghasilkan kayu dan berbagai hasil hutan lainnya secara kontinyu.
Sebelum orang membuka hutan untuk pertanian dan perkotaan, 60 persen daratan adalah berupa hutan. Namun kini hanya tinggal sekitar 30 persen daratan yang masih tertutup hutan. Hutan di satu tempat berbeda dengan tempat lainnya. Misal hutan di lereng gunung gede berbeda dengan hutan di lereng gunung merbabu.
MANFAAT HUTAN
Hutan sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia jaman dahulu mencari makan dengan cara berburu dan mengumpulkan tanaman liar di hutan. Beberapa orang masih tinggal dan hidup di dalam hutan, menjadi bagian alami dari hutan. Meskipun manusia telah membangun pemukiman pedesaan atau perkotaan tetapi masih sering memasuki hutan untuk berburu atau mencari kayu.
Sekarang ini orang lebih memperhatikan hutan dibanding sebelumnya terutama karena faktor : manfaat ekonomi, manfaat bagi lingkungan, dan manfaat hiburan.
Manfaat ekonomi
Hutan menghasilkan beberapa produk. Kayu gelondongan dapat diolah menjadi kayu, kayu lapis, bantalan kereta api, papan, kertas. Rotan dapat digunakan untuk furniture. Hutan dapat juga menghasilkan minyak dan berbagai produk lainnya, latex dapat digunakan untuk membuat karet, terpentin, berbagai jenis lemak, getah, minyak, dan lilin. Bagi masyarakat pedalaman binatang dan tanaman hutan menjadi sumber makanan pokok mereka.
Tidak seperti sumber alam lainnya misal batubara, minyak, dan tambang mineral, sumber alam yang berasal dari hutan dapat tumbuh kembali, sejauh manusia dapat memperhitungkan pengelolaannya.
Manfaat lingkungan
Hutan membantu konservasi dan memperbaiki lingkungan hidup dalam berbagai bentuk. Misalnya hutan membantu menahan air hujan, sehingga mencegah tanah longsor dan banjir, air hujan diserap menjadi air tanah yang muncul menjadi mata air bersih yang mengalir membentuk sungai, danau, dan untuk air sumur.
Tumbuhan hijau membantu memperbaiki lapisan atmosfir menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan oleh mahkluk hidup dan mengambil karbon dioksida dari udara. Jika tumbuhan hijau tidak menghasilkan oksigen lagi, maka hampir semua kehidupan akan berhenti. Jika karbon dioksida bertambah banyak di atmosfer hal ini dapat merubah iklim di bumi secara drastis.
Hutan menjadi tempat tinggal beberapa jenis tanaman dan binatang tertentu yang tidak bisa hidup di tempat lainnya. Tanpa hutan berbagai tumbuhan dan hewan langka akan musnah.
Manfaat hiburan
Keindahan alam dan kedamaian di dalam hutan dapat menjadi hiburan yang sangat luar biasa dan langka. Mengamati burung atau hewan langka menjadi kegiatan yang sangat menarik. Beberapa hutan dapat dimanfaatkan untuk berkemah, hiking dan berburu. Banyak juga yang hanya menikmati suasana dan bersantai di keheningan yang menyertai keindahan alam.
TIPE HUTAN PEGUNUNGAN
Hutan pegungan dibagi menjadi empat tipe:
1. Hutan dataran rendah pada ketinggian 0 - 1.200m
2. Hutan pegunungan bawah pada ketinggian 1.200 - 1.800m
3. Hutan pegunungan atas pada ketinggian 1.800 - 3.000m
4. Hutan subalpin pada ketinggian di atas 3.000m
SEJARAH PENEBANGAN HUTAN
Pada jaman dahulu hampir seluruh Jawa pernah ditutupi oleh berbagai bentuk hutan dengan tipe yang ditentukan oleh ketinggian, musim , dan jenis tanah. Manusia menghuni Jawa sedikitnya 1 juta tahun yang lalu. Pengaruh terhadap hutan dimulai setelah mereka menemukan alat-alat potong dan api.
Kehilangan sebagian besar hutan alam yang pertama terjadi sekitar tahun 200-400M, setelah kayu jati diperkenalkan. Menurut naskah kuno menjelang tahun 1000 sudah terdapat 1,5 juta ha hutan jati. Sekitar tahun 900 M terdapat jabatan "Tuan Pemburu" yang diyakini pula berkaitan dengan kegiatan kehutanan.
Pada masa candi Hindu-Budha dibangun di Jawa Tengah cukup banyak hutan berharga di dataran aluvial daerah pantai yang ditebang. Gunung-gunung di daki oleh para peziarah hindu dan ada anggapan bahwa klimaks kebakaran hutan cemara gunung Casuaarina junghuhniana yang mengitari hampir seluruh gunung di Jawa Timur, mungkin bermula dari api yang secara tidak sengaja dinyalakan oleh para peziarah berabad-abad yang lalu.
Babad tanah jawa adalah sebuah naskah kuno yang menceritakan pembukaan hutan-hutan di jawa untuk keperluan perluasan pemukiman dan kerajaan.
Selama penjajahan Belanda, memaksa para petani menanam tanaman ekspor (cengkeh , gula, kopi, teh) diantara tanaman pangan yang ditanam di atas tanah milik bersama (umumnya hutan). Hingga pertengahan abad yang lalu dataran tinggi pengalengan di antara Gn.Malabar, Gn.Tilu, Gn.Wayang masih memiliki hutan, sampai pada saat daerah-daerah yang lebih datar dibuka untuk perkebunan kopi dan teh.
Beberapa gunung benar-benar gundul tidak berhutan mulai dari kaki gunung sampai ke puncaknya misalnya Gn.Merbabu, Sumbing, Sindoro.
Antara tahun 1898 dan 1937 telah terjadi kehilangan hutan alam seluas 22.000 km2, terutama untuk pembangunan rel kereta api yang sangat panjang.
JENIS - JENIS HUTAN
Banyak ilmuwan yang mengelompokkan hutan berdasarkan variasi sistem ekologi. Hutan dengan iklim, tanah dan kelembaban yang mirip dikelompokkan menjadi 6 kelompok:
1. tropical rain forests
2. tropical seasonal forest
3. temperate deciduous forest
4. temperate evergreen forest
5. boreal forest
6. savanna
Hutan hujan tropis tumbuh di dekat garis equator, dimana iklim sepanjang tahun hangat dan basah. Sebagian besar hutan ini tumbuh di lembah sungai Amazon, lembah sungai Kongo, dan di wilayah Asia Tenggara.
Dari ke enam kelompok jenis hutan, hutan hujan tropis paling banyak memiliki keragaman pohon, sekitar 100 species bisa tumbuh pada wilayah seluas 2,6 Km2. Sebagian besar pohon berdaun lebar dan selalu hijau sepanjang tahun, terdapat juga pohon palm dan paku-pakuan. Kebanyakan hutan pohonnya membentuk tiga lapisan selubung (canopy). Canopy paling atas dapat mencapai ketinggian 46 meter, tumbuhan yang melebihi canopy di sebut emergent. Tumbuhan understory membentuk lapisan selubung ke dua.
Lapisan semak belukar dan tumbuhan herbal sangat tipis karena sinar matahari terhalang oleh lapisan canopy. Seringkali beberapa tanaman merambat dan menumpang lainnya menempel di cabang-cabang pohon lapisan canopy, sehingga dapat menyerap sinar matahari secara penuh.
Sebagian besar binatang hutan hujan tropis juga hidup pada lapisan canopy, dimana mereka dapat menemukan makanan yang sangat berlimpah. Binatang yang termasuk diantaranya adalah makhluk terbang dan memanjat seperti kelelawar, berbagai jenis burung, serangga, kadal, tikus, monyet, tupai, kungkang dan ular.
Tropical seasonal forest , tumbuh di wilayah tertentu di daerah beriklim tropis dan sub tropis. Wilayah ini memiliki musim panas dan musim hujan bergantian setiap tahunnya, atau iklim yang agak lebih dingin dibanding hutan hujan tropis. Daerah ini meliputi Amerika tengah, Amerika selatan bagian tengah, selatan Afrika, India, timur Cina, Australia utara, dan kepulauan di pasifik termasuk Indonesia.
Hutan musim memiliki banyak keragaman pohon, meskipun tidak sebanyak hutan hujan tropis. Terdapat juga beberapa tanaman rambat dan tumpang. Beberapa pohon berguguran dan tumbuh kembali, terutama di daerah yang memiliki perbedaan yang sangat jelas antara musim panas dan musim hujan
Lapisan canopy bisa mencapai ketinggian 30 meter. Satu lapisan understory tumbuh dibawah canopy. Bambu dan palem memenuhi lapisan semak, dan lapisan tebal tumbuhan herbal menempel di tanah. Binatang yang tinggal menyerupai, mereka yang hidup di hutan hujan tropis.
Hutan luruh iklim sedang tumbuh di sebelah timur Amerika utara, eropa barat dan asia timur. Wilayah ini memiliki musim panas dan musim dingin. Lapisan canopy mencapai ketinggian 30 meter, dua jenis pohon atau lebih mendominasi lapisan canopy, yang berguguran daunnya di musim gugur. Lapisan tengah dan semak mungkin agak tebal. Juga dihuni binatang besar seperti beruang, rusa, dan serigala. Ada juga ratusan binatang menyusui yang lebih kecil dan burung.
Temperate evergreen forests. In some temperate regions, the environment favors the growth of evergreen forests. Such forests grow along coastal areas that have mild winters with heavy rainfall. These areas include the northwest coast of North America, the south coast of Chile, the west coast of New Zealand, and the southeast coast of Australia. Temperate evergreen forests also cover the lower mountain slopes in Asia, Europe, and western North America. In these regions, the cool climate favors the growth of evergreen trees.
The strata and the plant and animal life vary greatly from one temperate evergreen forest to another. For example, the mountainous evergreen forests of Asia, Europe, and North America are made up of conifers. The coastal forests of Australia and New Zealand, on the other hand, consist of broadleaf evergreen trees.
Boreal forests are found in regions that have an extremely cold winter and a short growing season. The word boreal means northern. Vast boreal forests stretch across northern Europe, Asia, and North America. Similar forests also cover the higher mountain slopes on these continents.
Boreal forests, which are also called taiga, have the simplest structure of all forest formations. They have only one uneven layer of trees, which reaches up to about 75 feet (23 meters) high. In most of the boreal forests, the dominant trees are needleleaf evergreens--either spruce and fir or spruce and pine. The shrub layer is spotty. However, mosses and lichens form a thick layer on the forest floor and also grow on the tree trunks and branches. There are few herbs.
Many small mammals, such as beavers, mice, porcupines, and snowshoe hares, live in the boreal forests. Larger mammals include bears, caribou, foxes, moose, and wolves. Birds of the boreal forests include ducks, loons, owls, warblers, and woodpeckers.
Savana adalah suatu daerah yang memiliki pohon dengan jarak luas. Beberapa padang rumput pohon tumbuh dalam satu gerombolan, ada juga yang tumbuh menyendiri. Sebagian besar tanah ditumbuhi oleh semak dan tumbuhan herbal, terutama rumput, sehingga savana disamakan dengan padang rumput. Savana terutama ditemukan diwilayah yang memiliki sedikit curah hujan, tanah yang tidak subur, sering timbul kebakaran, atau hal lain yang menghambat tumbuhnya pohon.
Binatang yang hidup di padang rumput diantaranya,kijang ,banteng, jerapah, singa, macan dan zebra.
The life of the forest
Forests are filled with an incredible variety of plant and animal life. For example, scientists recorded nearly 10,500 kinds of organisms in a deciduous forest in Switzerland. The number of individual plants and animals in a forest is enormous.
All life in the forest is part of a complex ecosystem, which also includes the physical environment. Ecologists study forest life by examining the ways in which the organisms interact with one another and their environment. Such interactions involve (1) the flow of energy through the ecosystem, (2) the cycling of essential chemicals within the ecosystem, and (3) competition and cooperation among the organisms.
The flow of energy. All organisms need energy to stay alive. In forests, as in all other ecosystems, life depends on energy from the sun. However, only the green plants in the forest can use the sun's energy directly. Through a process called photosynthesis, they use sunlight to produce food.
All other forest organisms rely on green plants to capture the energy of sunlight. Green plants are thus the primary producers in the forest. Animals that eat plants are known as primary consumers or herbivores. Animals that eat herbivores are called secondary consumers or predators. Secondary consumers themselves may fall prey to other predators, called tertiary (third) consumers. This series of primary producers and various levels of consumers is known as a food chain.
In a typical forest food chain, tree leaves (primary producers) are eaten by caterpillars (primary consumers). The caterpillars, in turn, are eaten by shrews (secondary consumers), which are then eaten by owls (tertiary consumers). Energy, in the form of food, passes from one level of the food chain to the next. But much energy is lost at each level. Therefore, a forest ecosystem can support, in terms of weight, far more green plants than herbivores and far more herbivores than predators.
The cycling of chemicals. All living things are made up of certain basic chemical elements. The supply of these chemicals is limited, and so they must be recycled for life to continue.
The decomposers of the forest floor play a vital role in chemical recycling. The decomposers include bacteria, earthworms, fungi, some insects, and certain single-celled organisms. Decomposers obtain food by breaking down dead plants and the wastes and dead bodies of animals into their basic chemicals. The elements pass into the soil, where they are absorbed by the roots of growing plants. Without decomposition, the supply of such essential elements as nitrogen, phosphorus, and potassium would soon be exhausted.
Some chemical recycling does not involve decomposers. Green plants, for example, release oxygen during photosynthesis. Animals--and plants as well--need this chemical to oxidize (burn) food and so release energy. In the oxidation process, animals and plants give off carbon dioxide, which the green plants need for photosynthesis. Thus the cycling of oxygen and carbon dioxide works together and maintains a steady supply of the two chemicals.
Competition and cooperation. Every forest animal and plant must compete with individuals of its own and similar species for such necessities as nutrients, space, and water. For example, red squirrels in a boreal forest must compete with one another--and with certain other herbivores--for conifer seeds, their chief food. Similarly, the conifers compete with one another and with other types of plants for water and sunlight. This competition helps ensure that the organisms best adapted to the forest will survive and reproduce.
Cooperation among the organisms of the forest is common. For many species, cooperation is necessary for survival. For example, birds and mammals that eat fruit rely on plants for food. But the plants, in turn, may depend on these animals to help spread their seeds. Similarly, certain microscopic fungi grow on roots of trees. The fungi obtain food from the tree, but they also help the tree absorb needed water and nutrients.
SEJARAH HUTAN
Hutan yang pertama kali berkembang di atas rawa-rawa sekitar 365 juta tahun yang lalu, mendekati akhir periode Devonian. Hutan ini terdiri dari paku-pakuan dan lumut sebesar ukuran pohon, ada diantaranya yang tingginya 12m dan dengan ketebalan 1m. Hutan ini menjadi tempat tinggal binatang amphibi dan serangga.
Pada awal masa karbon, sekitar 360 juta tahun yang lalu, rawa yang amat luas menutupi sebagian besar amerika utara. Hutan raksasa lumut dan ekor-kuda mencapai ketinggian hingga 38 meter diatas rawa yang hangat. Paku-pakuan tumbuh sekitar 3 meter membentuk semak yang tebal menjadi tempat tinggal kecoa, capung, kalajengking, dan laba-laba.
Pada awal masa Mesozoic, sekitar 240 juta tahun yang lalu, berbagai perubahan iklim dan permukaan bumi memusnahkan hutan rawa. Hutan yang lebih kering didominasi oleh pohon gymnosperm, yakni tumbuhan yang bijinya terbuka tidak dilindungi oleh buah atau kulit pelindung biji. Seperti paku-pakuan dan cemara primitif yang tumbuh di hutan rawa, pohon cycad dan ginkgo yang menyebar luas. Pohon-pohon Gymnosperm membentuk hutan yang menutupi sebagian besar bumi, amphibi dan serangga, dan reptil yang besar hidup di dalamnya.
Tanaman berbunga muncul pertama kali pada awal jaman Cretaceous, sekitar 138 juta tahun yang lalu. Tanaman ini juga disebut angiosperm, yang menghasilkan biji yang terlindung di dalam buah atau kantong biji. Tumbuhan ini diantaranya magnolias, maple, poplar, dan willow. Semak berbunga dan tumbuhan herbal terbentuk.
Pada awal era Cenozoic, sekitar 65 juta tahun yang lalu cuaca di bumi menjadi lebih dingin. Hutan dengan suhu yang bagus menyebar melintasi Amerika utara, Eropa, dan Asia. Hutan-hutan kaya akan tumbuhan berbunga, berdaun lebar, dan cemara berdaun runcing. Beberapa burung dan binatang menyusui tinggal di dalamnya.
Hutan Modern
Iklim di bumi berlanjut menjadi lebih dingin, sekitar 2,4 juta tahun yang lalu untuk pertama kalinya beberapa lapisan es terbentuk di Amerika utara, Eropa dan Asia. Lembaran es ini telah merusakan hutan-hutan beriklim sedang di amerika utara dan eropa. Hanya hutan-hutan beriklim sedang di asia tenggara yang masih tersisa tanpa tersentuh es.
SEKILAS TENTANG GUNUNG
Gunung pada umumnya memiliki lereng yang curam dan tajam bisa juga dikelilingi beberapa puncak atau pegunungan. Pada beberapa ketinggian gunung bisa memiliki dua atau lebih iklim, jenis tumbuh- tumbuhan, dan kehidupan yang berbeda.
Pada umumnya iklim menjadi lebih dingin dan basah dengan semakin bertambahnya ketinggian. Kebanyakan gunung yang menjulang tinggi sekitar 600m dari permukaan tanah disekelilingnya memiliki 2 daerah iklim.
Gunung bisa jadi hanya memiliki satu puncak, atau merupakan salah satu bagian dari beberapa gunung. Sekelompok gunung bisa membentuk suatu pegunungan. Beberapa gunung berapi seperti Semeru, Merapi, Agung dan Ciremei berbentuk klasik, tetapi gunung Tengger dan Batur memiliki kaldera, puncaknya meletus meninggalkan dataran atau danau dengan puncak kecil ditengahnya. Kompleks Gn.Batur memiliki kaldera terbesar dan terindah di dunia.
Sebuah gunung yang berada di bawah permukaan laut sama seperti gunung yang berada di atas daratan. Beberapa pulau adalah sebuah gunung yang berada di samudera dengan puncaknya yang muncul ke permukaan air misalnya anak krakatau yang muncul ke permukaan air, pulau Jawa dan Bali terbentuk dari beberapa gunung berapi.
Pegunungan Atlantic yang seluruhnya berada di bawah laut merupakan pegunungan terpanjang di dunia, yang membentang lebih dari 16.000 km mulai dari Samudera Atlantic bagian utara dekat Antartika. Beberapa punggung menjulang tinggi membentuk kepulauan, seperti kepulauan Iceland dan Azores.
Ketinggian suatu gunung menunjukkan seberapa tinggi puncak tersebut menjulang dari dasar laut. Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian 8.848mdpl.
PENTINGNYA GUNUNG
Pegunungan adalah sangat penting karena ikut menentukan iklim dan aliran air di sekitarnya. Gunung juga sangat penting bagi berbagai jenis tumbuhan dan binatang
tertentu, selain itu juga sebagai sumber mineral. Pegunungan mempengaruhi aktivitas manusia, menentukan pola transportasi, komunikasi dan pemukiman.
Iklim
Pegunungan sangat mempengaruhi aliran udara dan curah hujan. Suhu udara menjadi turun dengan semakin bertambahnya ketinggian. Udara dingin tidak dapat menahan kelembaban udara sebanyak udara hangat. Ketika udara hangat bertiup ke atas gunung menjadi dingin dan menguap menjadi embun dan menjadi titik-titik air. Air ini turun mengikuti arah angin menjadi hujan atau kristal salju.
Pada saat udara melewati puncak gunung, menjadi kehilangan kelembabannya. Dan akibatnya sisi gunung yang berlawanan dengan arah angin menjadi lebih kering dibandingkan sisi yang menghadap arah angin. Daerah kering yang berlawanan dengan arah angin ini di sebut bayangan hujan. Banyak sekali padang pasir di dunia ini berada di wilayah bayangan hujan.
Aliran air
Gunung sangat berpengaruh bagi terpenuhinya kebutuhan air untuk daerah yang sangat luas. Hal ini dikarenakan banyaknya curah hujan yang turun di lereng-lereng gunung, kebanyakan hulu sungai berasal dari gunung. Beberapa gunung bersalju berfungsi sebagai penampungan air, yang meleleh pada musim panas, dan mengairi sungai selama musim panas. Aliran sungai dari gunung yang curam dan deras dapat di manfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air. Sungai Bengawan Solo yang mengalir hingga sebelah utara kota Surabaya, airnya berasal dari lereng Gn.Merapi dan Gn.Lawu
Tanaman dan Binatang
Gunung memiliki keaneka ragaman untuk berbagai ketinggian yang berbeda, yang menjadi tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan binatang tertentu. Beberapa jenis mahkluk hidup hanya dapat bertahan di udara yang dingin di puncak-puncak gunung.
Mineral
Kebanyakan sumber mineral berasal dari daerah pegunungan. Gunung terbentuk dari proses geologi seperti letusan gunung dan gempa bumi. Proses ini bisa membawa mineral-mineral yang berharga ke atas mendekati permukaan tanah sehingga dapat dilakukan penambangan.
Akitivitas Manusia
Di berbagai belahan bumi gunung dapat menjadi penghambat bagi terjalinnya hungungan transportasi, pemukiman, dan komunikasi. Dengan terisolasinya masyarakat oleh gunung menciptakan beraneka ragam kebudayaan. Di pegunungan alpen swis yang berbukit-bukit, telah memunculkan ratusan dialek dan empat macam bahasa. Masyarakat pegunungan tengger hingga kini tetap mewarisi berbagai tradisi sejak jaman Majapahit.
Gunung juga dapat menjadi tempat tujuan wisata yang penuh tantangan. Berbagai kegiatan seperti berkemah, mendaki gunung, panjat tebing, pengamatan satwa dan penelitian fauna, atau sekedar mencari hawa segar pegunungan dan menyaksikan pemandangan yang indah.
TERBENTUKNYA GUNUNG
GUNUNG BERAPI
Gunung berapi adalah gunung yang terbentuk jika magma dari perut bumi naik ke permukaan. Gunung berapi dapat dikelompokkan menurut tingkat kedasyatan letusan, apakah itu dasyat ataupun tenang, dan tipe bahan yang dimuntahkan sewaktu meletus.
Di kala meletus, gunung berapi mengeluarkan lava, bom gunung berapi, terak, abu gunung berapi, gas panas, dan uap. Bahan yang disemburkan oleh letusan gunung berapi mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki batuan lain.
Suhu lava yang dimuntahkan selama letusan gunung berapi dapat melebihi 1000 ºC. Di dalam perut bumi, batuan-batuan berbentuk cair dengan suhu melebihi 1.000 ºC, cairan batu ini disebut magma. Selama letusan, magma meluap ke atas permukaan bumi melalui lubang atau celah yang mencapai pusat bumi.
Gunung berapi dapat berbentuk kerucut, kubah, berpuncak datar, atau seperti menara, tergantung pada jenis letusan dan sifat-sifat fisik magma yang disemburkan. Kadangkala kubah tengah gunung berapi runtuh. Pada kasus gunung Aso di Jepang, setelah lubang tengah yang asli runtuh, terjadilah letusan baru di tengah kalderanya sendiri.
Selama letusan, magma atau batuan cair mencapai permukaan melalui celah atau lubang. Kadang kala lava yang terlempar dengan dahsyat keluar dari lubang tengah membeku di udara, lalu jatuh sebagai bungkah padat di dekat atau sekitar lubang itu. Kalau beratnya lebih dari beberapa ton, bungkah itu dinamakan "bom gunung berapi".
Potongan bungkah lava beku yang lebih kecil dengan ukuran 5 sampai 8 cm disebut terak. Butir-butir yang lebih halus dinamakan abu gunung berapi. Kalau gas dalam magma terlepas, magma menjadi berbuih dengan gelombang-gelombang busa dan membentuk suatu jenis lava khas ringan yang menyerupai bunga batu karang, ini disebut batu apung.
Kecuali gunung berapi gunung-gunung lainnya atau pegunungan itu terbentuk pada waktu terjadi gerakan kerak bumi yang dalam dan luas. Gerakan vertikal (ke atas dan ke bawah) yang terjadi di dalam kerak bumi menyebabkan retakan dan sesar. Pengangkatan tanah sepanjang sesar seperti itu menghasilkan pegunungan atau gunung bungkah dan plato. Gerakan menyamping menyebabkan batuan kerak bumi melipat dan menghasilkan pegunungan atau gunung lipat. Dalam waktu yang lama gunung tinggi yang terkena gaya pelapukan dan pengikisan akan susut menjadi bukit dengan lereng landai.
PEGUNUNGAN LIPAT
Pegunungan lipat terbentuk bila massa strata sedimen yang besar terlipat oleh tekanan dari dalam kerak bumi. Karena proses pelipatan, lebar strata sedimen menciut, sedangkan tebalnya bertambah. Lapisan strata sedimen yang terlipat ke atas disebut lipatan atas atau antiklin. Yang terlipat kebawah dinamakan lipatan bawah atau sinklin.
Pegunugan lipat terdiri dari endapan-endapan seperti kapur dan lempung, yang terbentuk dari partikel-partikel batu tua, sisa-sisa tanaman dan binatang yang berada di bawah air dan mengeras. Panas bumi dan tekanan merubah beberapa batuan menjadi marmer dan batu tulis. Contoh gunung atau pegunungan lipat adalah pegunungan Himalaya dengan Gn.Everest yakni gunung tertinggi di dunia, pegunungan Alpen di Eropa, dan pegunungan Appalachian di Amerika Serikat.
PEGUNUNGAN BONGKAH
Pegunungan yang dihasilkan oleh pengang- katan kerak Bumi, khususnya sepanjang garis sesar atau garis retakan, dinamakan pegunungan bungkah atau horst. Pada pegunungan bungkah sisi lereng yang curam ter-erosi dan menghasilkan puing-puing yang mengumpul di dasar gunung. Contoh pegungan bongkah ialah pegunungan Teton di Wyoming, pegunungan Wasatch di Utah, pegunungan Harz di Jerman dan Sierra Nevada di California.
Pegunungan residu terjadi bila pegunungan yang tinggi dikikis dan diauskan angin dan hujan dalam jangka waktu yang lama.Contoh pegunungan yang terbentuk karena erosi adalah pegunungan Catskill di New York, Amerika Serikat yakni dataran tinggi yang dikikis oleh sungai dan aliran gleser sehingga membentuk puncak dan lembah.
EDELWEISS, NASIBMU KINI ...
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan dan lebah terlihat mengunjunginya. Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus.
Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Gunung Gede-Pangrango. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat dihadapi. Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.